25 radar bogor

2021 Ujian Nasional Dihapus, Begini Respon Guru dan Siswa di Bogor

Ilustrasi UN
Ilustrasi UN

BOGOR-RADAR BOGOR, Kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional (UN) pada 2021 mendatang, diganti dengan sistem Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, menuai tanggapan beragam dari guru hingga siswa di Bogor.

Ujian Nasional Dihapus 2021, Diganti Asesmen Kompetensi. Begini Formatnya!

Seperti yang diungkapkan Kepala Bidang SMP pada Dinas Pendidikan Kota Bogor Arni Suhaerani. Ia mengaku siap dan setuju apapun kebijakan dari pemerintah.

“Kita siap, setuju. Pastinya itu (penghapusan UN, red) sudah lewat kajian. Saya lihat kebijakan ini bukan hanya satu atau dua tahun, ini lebih menuju ke pembentukan karakter, tidak bisa hanya kognitif, bisa afektif dan psikomotorik, itu yang penting,” paparnya.

Hal senada diutarakan M.Fauzi Surachman, salah satu guru di SMAN 1 Ciomas Bogor. Ia secara pribadi setuju dengan penghapusan UN dan tertarik dengan pemaparan Nadiem Makariem perihal digantinya UN dengan Asesmen Kompetensi Minimum.

“Karena emang gak mencerminkan karakter anak, terlalu banyak yang dipaksakan dalam sistem UN. Tapi balik lagi kalau wacana penghapusan UN juga kan emang udah ada dari lama, nah yang sekarang ini mau benar diterapin atau engga? kita engga ada yang tau,” tuturnya.

Termasuk Hapus UN, Nadiem Makariem Gulirkan 4 Perubahan Sistem Pendidikan

“Untuk sementara sih kita coba yang kompetensi ini aja, dari pemaparannya sih menarik dan keliatan lebih realistis buat diterapin, soalnya dikembalikan dengan keunikan-keunikan di daerah masing-masing,” tambahnya lagi.

Berbeda halnya dengan Nabila Umda, salah satu guru di SMPIT Insan Mubarak. Ia beranggapan bahwa ujian itu perlu, ujian adalah untuk belajar mengetahui seberapa jauh kemampuan anak.

“Tapi fenomena yang terjadi sekarang, UN malah dijadikan ajang bermulanya tindakan KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) bagi beberapa siswa. Sepele namun dampaknya sangat besar, terlebih para pengawas jarang sekali bertindak bijak dan tegas menangani siswa yang mencontek. Bahkan pernah ada seorang siswa yang melaporkan kecurangan saat UN, malah dilaporkan pihak sekolah sebagai pencemaran nama baik sekolah,” terangnya.

Menurutnya, tidak masalah UN dihapuskan, namun harus ada solusi lain untuk sarana belajar pengganti UN bagi siswa.

Karena baginya yang terpenting adalah pendidikan moral terlebih dahulu kemudian teori. Ia pun menyetujui solusi yang ditawarkan lewat Asesmen Kompetensi itu sendiri.

Tak hanya guru, Ismi Rahmawati siswi dari MA Nurul Ihya juga mendukung adanya penghapusan UN pada tahun ajaran 2021 mendatang.

“Karena dengan dihapusnya UN siswa menjadi tidak terbebani, tapi saya hanya baru mendengar penghapusan UN nya saja untuk asesmen kompetesinya saya belum tau,” pungkasnya. (Amalia/zhofiroh)