25 radar bogor

Miris! Tak Ada Ruangan, Siswa Madrasah Ini Belajar di Gubug

Peserta didik MI Mis Cileunjang Kecamatan Bojonggambir harus rela belajar di sebuah gubuk.
Peserta didik MI Mis Cileunjang Kecamatan Bojonggambir harus rela belajar di sebuah gubuk. (Radar Taasikmalaya)

TASIKMALAYA-RADAR BOGOR,Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mis Cileunjang Desa Campakasari Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya terpaksa belajar di gubuk.

Pasalnya, sekolah ini tak memiliki bangunan kelas yang bisa digunakan peserta didiknya belajar.

Sebanyak 76 siswa harus rela belajar bergantian di ruangan 10 x 4 yang disekat menjadi tiga bagian. Dinding bangun tersebut pun terbuat dari bilik dan kayu seadanya.

Alasnya pun hanya tanah, tanpa ada lantai yang membuat para siswa belajar nyaman.

Kepala MI Mis Ci­leunjang Ke­­camatan Bo­jonggambir Deden Saeful Bahri AMa mengatakan proses pembelajaran dibagi menjadi dua sesi.

Siswa kelas I, II dan III belajar sejak pukul 07.00-10.00 WIB. Sedangkan untuk siswa kelas IV, V dan VI belajar mulai pukul 10.00-13.00 WIB.

“Kami terpaksa menjalankan proses kegiatan belajar mengajar di gubuk ini, dikarenakan tidak memiliki ruangan lagi. Ini juga gubuk merupakan hasil pembangunan swadaya masyarakat sekitar, sejak tiga tahun silam,” ujarnya kepada Radar, Minggu (1/12).

Deden menjelaskan sebagian besar material ruangan kelas terdiri dari bambu dan kayu.

Pada bagian samping dan belakang ditutupi bilik, bagian atapnya terbuat dari asbes dan ruangan belajarnya beralaskan tanah.

Tidak ada kaca dan terbuka, bagian depan tidak dipasang bilik, hanya samping dan belakang. “Ya jelas tidak nyaman belajar dalam ruangan seperti ini,” katanya.

Dia berharap pemerintah daerah dapat segera membuatkan ruang kelas baru untuk sekolah mereka. Dikhawatirkan ketika musim hujan, ruangan banjir dan becek yang jelas mengganggu aktivitas belajar.

“Kami tentunya sangat mengharapkan ruang belajar yang layak, karena kasihan kepada anak-anak. Kami bukan tidak mau membangun seperti yang lainnya, tapi kemampuan anggaran terbatas,” katanya.

Lanjut Deden, sebelum ada MI hasil dari swadaya masyarakat ini, anak-anak di kampung tersebut harus bersekolah ke SD dengan jarak terdekat lima kilometer, yang ditempuh dengan berjalan kaki.

Ketika musim hujan, anak-anak harus rela bersekolah selama dua hari dalam seminggu, karena jarak yang jauh dan cuaca buruk.

“Alhamdulillah dengan adanya MI, para orang tua dan anak-anak sangat terbantu untuk bisa menimba ilmu dengan jarak yang terjangkau. Mereka tidak harus jauh-jauh berjalan kaki menuju tempat belajar,” katanya, menjelaskan.

Deden mengaku terharu melihat anak-anak yang sangat semangat dalam belajar meskipun hanya belajar di dalam gubuk beralaskan tanah. Mereka tidak pernah mengeluhkan dengan kondisi yang apa adanya ini.

“Saya cukup terharu melihat semangat mereka, ditambah dorongan para orang tuanya yang ikut mendukung dengan dibangunnya gubuk untuk proses pembelajaran anak-anaknya. Mudah-mudahan saja pemerintah memberikan bantuan untuk hadirnya ruang kelas,” harapnya.

Saat dikonfirmasi kepada Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Tasikmalaya KH Usep Saepudin Muhtar terkait kondisi bangunan MI Mis Cileunjang melalui sambungan teleponnya belum memberikan jawaban.

Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya H Surya Mulyana MAg mengatakan saat ini jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mengalami kerusakan mencapai 232 sekolah.

“Yang mengalami rusak berat kurang lebih ada 3 sekolah, rusak sedang 30, sementara sisanya mengalami rusak ringan,” ujarnya kepada Radar, Selasa (3/12). (radartasik/net/ysp)