25 radar bogor

Dua Pasar Tradisional di Kota Bogor Ini Menuju Pasar Bersertifikat SNI

Suasana PKL di kawasan Pasar Anyar. Hendi/Radar Bogor
Suasana PKL di kawasan Pasar Anyar. Hendi/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Dalam kurun waktu enam tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berupaya menaikkan derajat pasar-pasar di Kota Bogor, dari tempat mencari nafkah menjadi pusat perekonomian.

Wali Kota Bima Arya mengatakan, selama ini, penataan dilakukan melalui skenario yang diimbangi antisipasi tempat untuk relokasi. Artinya, menyelaraskan semua kepentingan dan menempatkan kepentingan publik diatas segalanya.

Menurut Bima, diperlukan peran semua pihak, karena kuncinya adalah kolaborasi, koordinasi dan juga perencanaan yang matang. Sehingga nantinya pasar di Kota Bogor meningkat dari tempat mencari nafkah menjadi pusat ekonomi.

Bima pun membagi pasar dalam empat tingkatan, yakni pasar sebagai tempat mencari nafkah, pusat ekonomi, tempat wisata dan pusat peradaban.

“Sebagai tempat mencari nafkah merupakan tingkatan yang paling bawah. Sebab, semua berkumpul karena pasar adalah tempat yang paling ‘basah’ dan sebagian besar pasar di Indonesia ada pada tingkatan ini,” katanya saat diskusi panel “Sinergi Menuju Penerapan SNI 8152:2015 Pasar Rakyat Guna Meningkatkan Daya Saing Pasar Rakyat” di Paseban Sri Bima, Balai Kota, Rabu (4/12/2019).

Lalu, sambung Bima, pasar sebagai pusat ekonomi atau pusat perdagangan.

Perbedaan dengan yang pertama adalah terjadi transaksi ekonomi yang murni dan legal sesuai aturan hingga demikian dengan segala sesuatunya.

“Dan ketiga, pasar sebagai tempat wisata. Yang bisa dijadikan sebagai ukurannya adalah komposisi pengunjung yang bukan didominasi warga lokal, tetapi ada turis, ukuran utama lainnya adalah lokal karakter yang terasa kuat dan semuanya sudah tertib,” tambahnya.

Sedangkan tingkatan yang paling tinggi kata Bima adalah pasar sebagai pusat peradaban.

Pengunjung yang datang bukan sekedar karena basic needs (kebutuhan dasar), namun mencari hal lain diluar basic needs yang sifatnya langka. “Contohnya sunday market di eropa,” sebut Bima.

Dia mengakui tidaklah mudah untuk mengubah pasar dari level pertama ke level berikutnya, tetapi bukan berarti tidak bisa. Beberapa alasannya, masih adanya kepentingan lain di atas kepentingan publik.

Meresposn penghargaan yang disebutkan perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat atas komitmen Pemkot Bogor terhadap pasar, Bima Arya berharap majunya pengelolaan pasar Kota Bogor bukan sebatas komitmen, tetapi juga aksi. “Jadi, tidak hanya dalam tataran konsep juga implementasinya,” jelasnya.

Di kesempatan yang sama, Dirut PD Pasar Pakuan Jaya, Muzakir mengatakan, hingga kini belum satupun pasar-pasar di Kota Bogor memiliki sertifikat SNI.

Disisi lain, kata Muzakir, untuk tingkat Jawa Barat, dari 380 pasar yang ada, baru dua pasar yang mendapatkan predikat SNI tersebut.

“Tahun depan kami mentargetkan Pasar Kebon Kembang dan Gunung Batu bisa mendapatkan sertifikat SNI. Persiapannya tidaklah mudah, karena itu sedari sekarang sudah mulai,” kata Muzakir.

“Ya, melalui diskusi panel ini kan diedukasi langkah-langkah apa yang mesti dilakukan untuk mendapatkan sertifikat SNI itu. Standarnya, pengelolaan harus baik, mulai dari pemilahan sampah, adanya ruang laktasi, pemisahan pengolahan unggas, juga fasilitas penunjang lainnya,” paparnya.

Muzakir menambahkan, Kota Bogor sendiri dalam 3 – 4 tahun ke depan akan merevitalisasi 8 pasar. Diakui Muzakir, kesulitan dihadapi untuk pasar-pasar yang memang sudah berdiri lama.

“Contoh Blok F, yang akan kami bangun memang dikonsepkan sesuai standar SNI ini, karena lebih mudah kan mengisi fasilitas penunjangnya,” katanya.

Dia mencontohkan, Sragen membutuhkan waktu delapan tahun hingga pasar-pasarnya memiliki sertifikat SNI, meski ada juga daerah lain yang hanya butuh waktu satu tahun.

“Kami berharap satu tahun sudah bisa dapat (Sertifikat SNI;red),” paparnya.

Disisi lain Muzakir tak menampik keberadaan pasar tradisional yang mulai tergerus budaya belanja online. Karena itu pihaknya selalu mempromosikan dan mengajak masyarakat untuk mau lagi berbelanja ke pasar tradisional.

“Bukan hanya di Kota Bogor, tingkat Jawa Barat masyarakat baik itu dari milenial, orang dulu yang ke pasar balik lagi ke pasar untuk belanja, itu langkah pertama. Kedua sekarang juga masuk dunia online, kan. Nah kami juga mendidik para pedagang minimal dia sudah ada di online pelan-pelan 5-10 persen,” tandasnya. (wil/c)