25 radar bogor

Bimbingan Pranikah Digencarkan, Menko PMK: Per Hari Ada 1.100 Perceraian

Ilustrasi
ilustrasi cerai
ilustrasi cerai

BOGOR–RADAR BOGOR,Penyusunan bimbingan pranikah terus berlanjut. Kemarin (19/11) di Kantor Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dihelat audiensi antara Menko PMK Muhadjir Effendy dengan tim penyusun modul bimbingan perkawinan untuk calon pengantin Kementerian Agama.

Dalam rapat itu disebutkan bahwa modul bimbingan tersebut salah satu pokoknya adalah tidak menempatkan perempuan pada hal sekunder dalam berumah tangga.

Ketua tim penyusun modul bimbingan perkawinan dalam untuk calon pengantin Kementerian Agama Alissa Wahid menyatakan bahwa sejak 2016 Kemenag sudah ingin merevitalisasi kursus catin (calon pengantin). Kursus catin bukanlah hal yang baru.

“Sudah dilakukan tapi belum di seluruh Indonesia,” tuturnya saat ditemui seusai audiensi.

Kursus bagi catin ini diharapkan dapat mengurangi angka perceraian.

“Setiap harinya terjadi 1.100 perceraian dari dua juta perkawinan per tahun,” ujarnya. Selama ini pembekalan catin dilakukan juga secara mandiri oleh kelompok agama. Contohnya gereja. Namun belum ada penyelarasan sesuai yang tujuan negara.

Di sisi lain, tantangan keluarga cukup tinggi. Maka diperlukan pembekalan. Apalagi pemerintah menginginkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Menurutnya pembangunan SDM ini berawal dari keluarga. “Yang dilihat ini wajib atau tidak. Namun pembekalan ini penting. Ini yang harus dipikirkan,” bebernya.

Dalam pembekalan nanti, ada beberapa hal yang akan disinggung. Pertama adalah sadar diri. Selanjutnya sadar kebutuhan pasangannya. Ketiga mampu mengelola dirinya sendiri, seperti mengelola emosi. Terakhir mampu mengelola hubungannya. Ketika empat hal ini diajarkan, maka kesiapan keluarga itu akan lebih baik.

“Ketika merencanakan kelahiran anak, pasti bisa mengukur kemampuan mengasuhnya,” tuturnya.
Dalam diskusi dengan Muhadjir, kemarin Alissa dan timnya membicarakan bagai­mana konsep psikologi keluarga. Selain itu juga konsep keluarga dari berbagai agama. Kesehatan keluarga terutama kesehatan reproduksi juga disebut dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua jam itu.

Selanjutnya Alissa menegaskan bahwa konsep konseling dan sertifikasi ini tak lantas membatasi pernikahan. Tidak ada konsep lulus atau tidak lulus. ”Yang menjadi pertanyaan gimana orang mau ikut dalam kursus ini,” tuturnya.

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK Agus Sartono menyebutkan bahwa Kemenko PMK sudah berdiskusi dengan beberapa pihak. Menurutnya akan banyak kementerian dan lembaga  yang terlibat dalam pembekalan bagi catin.

Agus menambahkan, kelak informasi yang disampaikan dalam modul juga disesuaikan dengan bahasa masing-masing daerah di Indonesia. Termasuk dengan instrukturnya yang berasal dari tokoh adat setempat. Pertimbangannya, masih ada yang belum menguasai bahasa Indonesia dan masyarakat masih mau mendengarkan tokoh adat setempat.

“Kita tahu dalam setahun terdapat dua juta pasangan baru, sementara APBN hanya mampu meng-cover tidak lebih 10 persen untuk melakukan pelatihan bagi calon pengantin,” ucapnya. Untuk itu pemerintah juga menggandeng komponen masyarakat seperti Muslimat NU dan PP Aisyiyah dan lainnya yang biasa memberikan bimbingan bagi catin untuk bersinergi.

Agus menegaskan, dalam bimbingan bagi catin akan menempatkan perempuan dalam hal yang penting dalam keluarga. Tidak hanya mengurusi sumur, kasur, dan dapur saja. “JIka berbicara generasi unggul maka perempuan ini penting. Kalau perempuan berkualitas maka anak berkualitas,” ujarnya.

Adanya kursus bagi catin ini juga mendapat dukungan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI Rita Pranawati menyatakan bahwa kebijakan ini seperti pepatah sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

“Selain melakukan penguatan ketahanan keluarga namun juga berdampak pada anak,” ungkapnya. Setidaknya output yang dihasilkan adalah orang tua paham cara mengasuh anak.

Sementara itu, dari sisi kesehatan, bimbingan pranikah bakal dilakukan melalui garda-garda terdepannya. Mulai dari posyandu remaja, puskesmas, dan lainnya. Di sana, catin bakal dibekali tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan keluarga. Salah satunya, berkaitan dengan kesehatan anak agar tidak stunting.

“Intinya untuk mempersiapkan orang, sehingga nanti kalau nikah mengerti (tentang kesehatan, red),” tutur Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto di Jakarta, kemarin (19/11).

Sebelumnya, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Pritasari menyampaikan bahwa pihaknya sudah menyiapkan program seperti kursus. Dalam kesempatan itu, catin bakal mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi, tentang gizi, hingga seputar tugas ketika sudah menjadi orang tua.

Menurutnya, sangat penting bagi catin mengetahui kesehatan masing-masing. Jika memang salah satu sakit, baiknya disembuhkan terlebih dahulu. Sehingga ketika memutuskan hamil, kondisi sudah bugar kembali.(Lyn/mia)