25 radar bogor

Dikelilingi Industri, Kesehatan Warga Timur Kabupaten Bogor Makin Terancam

Warga-Timur-Kabupaten-Bogor
Ibu hamil dan anak-anak di usia balita menjadi korban yang paling rentan dengan paparan industri yang ada di kawasan timur Kabupaten Bogor.
Warga-Timur-Kabupaten-Bogor
Ibu hamil dan anak-anak di usia balita menjadi korban yang paling rentan dengan paparan industri yang ada di kawasan timur Kabupaten Bogor.

KLAPANUNGGAL-RADAR BOGOR, Hidup bertetangga dengan Ibukota Indonesia, warga di wilayah timur Kabupaten Bogor terancam tumbuh dengan buruk, lantaran lingkungan di sana dikelilingi industri yang membuat risiko kesehatan mereka semakin mengkhawatirkan.

Kondisi itu terpapar dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah mahasiwa-mahasiswi Universitas Esa Unggul, Jakarta, yang tengah melakukan penelitian di Kecamatan Klapanunggal.

“Kami mencoba mengetahui berapa persen warga yang kekurangan gizi di Desa Bantarjati ini. Karena kemungkingan besar terjadi di wilayah ini juga,” tutur salah seorang mahasiswi, Catrine Fernanda (21), kepada Radar Bogor, di Kantor Desa Bantarjati, Selasa (12/11/2019).

Dia mengaku, wilayah tersebut dipilih lantaran melihat kondisi kehidupan warga di sana berdampingan dengan perusahaan-perusahaan besar. Dimana mereka terdampak akibat polusi yang ditimbulkan perusahaan tersebut.

“Untuk hari ini saja kami mendapat keluhan dari warga yang terdampak polusi yang ditimbulkan pabrik semen di sini,” ungkap Catrine.

Menurut Catirne, kekurangan gizi bukan cuma terjadi kepada anak-anak di usia dini. Melainkan, dapat terjadi pula kepada orang dewasa.

Ia mencontohkan, jika kekurangan gizi terjadi kepada orang dewasa, dalam hal ini ibu hamil, maka kemungkinan besar anak yang sedang dikandung akan ikut terdampak pula.

“Dampak yang seringkali dapat dilihat secara umum ya kurus, hingga berat badannya pun kurang dari standar yang ada. Ini harus dilihat dari konsumsi mereka sehari-hari. Apakah bergizi atau tidak. Begitu juga dengan pola hidu warga tersebut,” paparnya.

Sementara, Kepala Desa Bantarjati, Saprudin membenarkan hal tersebut. Menurut Saprudin, kejadian kekurangan gizi di wilayahnya bukan hanya terjadi baru-baru ini.

Namun, sejak pertama kali ia menjabat seebagai Kades Bantarjati juga telah banyak warga yang mengalami gizi buruk.

“Sudah dua periode saya menjabat. Bahkan sebelum saya Kadesnya (Kepala Desa) di sini juga kejadian ini mungkin sudah terjadi. Karena memang memungkinkan,” ujar Saprudin.

Saprudin menjelaskan, kemungkinan itu dapat dilihat dari kondisi lingkungan wilayahnya yang sangat berdekatan dengan perusahan-perusahaan besar. Dimana mereka (pabrik) seringkali melakukan pencemaran lingkungan.

“Ya mulai dari asap pabrik, hingga debu-debu pengolahan pabrik yang keluar,” ungkap Saprudin.

Secara tegas Saprudin menyatakan, hampir seluruh warga terdampak polusi buruk yang dikeluarkan pabrik. Hingga saat ini, lanjut dia, kemungkinan sulit untuk mengubah kondisi lingkungan yang ada. Sebab, ia menduga, hal ini diakibatkan pabrik-pabrik tersebut menjadi salah satu sumber pemasukan daerah.

“Untuk solusi lain mungkin sudah sulit. Untuk warga terdampak paling cuma dibantu melalui puskesmas keliling ini saja. Kami hanya bisa berharap pihak pabrik dapat meminimalisir dampak yang dihasilkan pabrik kepada warga,” pungkas Saprudin. (rp1/c)