IJFC merupakan Kejuaraan Dunia Junior Kehutanan yang diselenggarakan oleh Ministry of Environment and Natural Resources of the Russian Federation melalui Federal Forestry Agency. Kegiatan ini dilaksanakan di kota yang berbeda di Rusia setiap tahunnya dan mempertemukan para pelajar/mahasiswa kehutanan sedunia untuk berkompetisi dalam hal inovasi di bidang kehutanan.
Mahtuf berhasil terpilih untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi tahun 2019 ini. Pada saat kompetisi berlangsung, para peserta diminta untuk mempresentasikan karya ilmiah yang telah dibuat dilanjutkan dengan tanya jawab oleh dewan juri.
Dewan juri meliputi perwakilan dari Federal Forestry Agency of the Russian Federation, United National Economic Commission for Europe (UNECE)/Timber Section, UNFAO, perwakilan dari Voronezh State University of Forestry and Technologies (VSUFT), perwakilan dari negara-negara peserta seperti Kyrgyzstan, Belarus, China, Republic of Korea dan Serbia.
“Peserta yang terpilih mengikuti kegiatan ini berjumlah 31 orang dari 20 negara. Yakni dari Rusia, Mongolia, Belarus, Kyrgyzstan, Indonesia, Tajikistan, Norwegia, Korea Selatan, Serbia, Ukraina, Polandia, Bulgaria, Amerika Serikat, China, Nepal, Mesir, Slovenia, Bosnia and Herzegovina, Kazakhstan, dan Republic of South Ossetia. Kegiatan ini tidak hanya berupa kompetisi, tetapi juga melibatkan Scientific Forum on Forestry, fieldtrip ke Voronezh State Natural Reserve, Ball of Friendship night dan Forest Quest competition,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, Mahtuf membawakan karya ilmiah yang berjudul “Agroforestcape: A New Paradigm of Indonesia’s Agroforestry Based on Blockchain Technology for Food Sovereignty and Environmental Sustainability”. Karya ilmiah ini menceritakan tentang pengembangan paradigma baru sistem rantai pasok agroforestri di Indonesia.
Mahtuf mengandalkan teknologi 4.0 blockchain dalam mewujudkan target kedaulatan pangan dan kelestarian lingkungan. Menurutnya, agroforestri merupakan konsep yang sangat bagus dalam melestarikan hutan sekaligus menyediakan produksi pangan secara berkelanjutan. Namun, sistem rantai pasok agroforestri di Indonesia masih belum efisien seperti tidak adanya kepastian pasar bagi petani, kelembagaan yang tertutup dan produktivitas masih rendah.
Oleh karena itu, Mahtuf mengajukan penggunaan teknologi 4.0 blockchain untuk mengatur sistem rantai pasok agroforestri menjadi lebih efisien dan efektif. Teknologi blockchain dalam pengelolaan rantai pasok di bidang pertanian dan kehutanan memiliki beberapa keunggulan antara lain basis data yang terdesentralisasi, sarana pengelolaan data yang resilien dan hemat biaya serta transparan dan akuntabel khususnya untuk product traceability.
“Setelah melalui tahap seleksi, saya berhasil meraih Silver Medal dalam kegiatan ini setelah menyisihkan peserta lainnya. Medali emas diraih oleh delegasi China serta medali perunggu diraih oleh delegasi Amerika Serikat dan Rusia. Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan Special Prize dari Voronezh Region Government Agency atas kontribusi saya dalam pengembangan teknologi 4.0 di bidang kehutanan. Selain itu, saya juga mewakili Indonesia pada kegiatan yang sama tahun lalu International Junior Forest Contest 2018 di Moskow dan berhasil meraih Bronze Medal atau medali perunggu pada saat itu,” tandasnya.