BOGOR–RADAR BOGOR,Terhitung sejak tiga bulan terakhir atau Juli hingga September, peristiwa bencana terus meningkat. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, pada Juli misalnya, total bencana 30 kejadian dengan rincian, 9 kebakaran, 4 pohon tumbang, 5 rumah roboh, 2 gempa bumi dan tanah amblas serta 10 penyelamatan, dan lainnya.
Sedangkan pada Agustus, jumlahnya meningkat 100 persen menjadi 50 kejadian. Ada 12 kebakaran, 10 tanah longsor, 1 banjir lintasan, 10 pohon tumbang, 8 rumah roboh, 1 gempa bumi dan tanah amblas juga 18 penyelamatan, dan lainnya.
Lalu September, kejadian pohon tumbang menjadi tren bencana di Kota Bogor. Tercatat 38 kejadian pohon tumbang, lalu ada 11 kebakaran, 3 tanah longsor, 14 rumah roboh, 1 gempa bumi dan tanah amblas, serta 5 kekeringan, penyelamatan, dan lainnya. Total kejadian bencana pada September mencapai 72.
Kepala BPBD Kota Bogor, Rr Juniarti Estiningsih mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada, lantaran sejumlah wilayah di Kota Bogor masih sangat berpotensi terjadi hujan dengan skala lebat hingga sedang antara sore hingga malam harinya. Terlebih saat ini sudah masuk peralihan pancaroba, yang artinya hujan disertai angin kencang terkadang terjadi di sore hari.
Meski kini situasi tinggi muka air (TMA) Bendung Ciliwung–Katulampa Bogor, dan Bendung Cisadane–Empang Bogor, berada pada status siaga 4, namun kondisi tersebut bisa saja berubah drastis, lantaran faktor curah hujan yang terjadi di kawasan Puncak.
Berdasarkan peta daerah rawan bencana Kota Bogor, memasuki musim penghujan seperti saat ini, ada sejumlah kecamatan dan kelurahan, tak luput dari pantauan dan pengawasan BPBD Kota Bogor. Khususnya daerah yang masuk dalam kategori rawan longsor dan banjir lintasan.
Namun secara umum seluruh kecamatan di Kota Bogor memiliki potensi banjir lintasan dan longsor, namun Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Barat, serta wilayah yang dilintasi aliran sungai, serta wilayah dengan kemiringan di atas rata-rata, masuk dalam zona terparah tingkat kerawanannya.
Wanita yang akrab disapa Esti itu juga mengaku, hampir setiap hari pihaknya selalu melaksanakan pengamatan terhadap 68 kelurahan di enam kecamatan melalui perangkat radio komunikasi repeater VHF, serta senantiasa berkoordinasi dengan pihak lainnya.
“Untuk langkah antisipasi, kami selalu berkoordinasi dengan pihak terkait. Seperti BMKG, BNPB, BPBD Jawa Barat, PVMBG, dan INAWARE. Kita juga menyiapkan satu regu yang terdiri dari 13 personel, dan memantau TMA sungai yang ada di Kota Bogor sebagai langkah antisipasi awal,” katanya.
Pemanfaatan media sosial seperti, grup WhatsApp “BOGOR TANGGUH BENCANA” dan aplikasi SiBadra (Sistem Informasi Berbagi Aduan dan Saran), juga turut dilakukan, sebagai langkah awal sarana memberikan informasi peringatan dini kepada masyarakat, saat potensi bencana bakal terjadi.
“Untuk sarana dan prasarana, setiap harinya kami selalu siapkan masing-masing satu unit mobil ambulans, mobil tangki, truk angkutan pasukan, truk angkutan barang, dua mobil Ranger, dua motor roda tiga dan empat unit motor trail, untuk memudahkan personel dalam lakukan operasi awal,” tandasnya.(wil/c)