25 radar bogor

Siapkan Modal Miliaran, 1.064 Calon Kades di Bogor Berebut 273 Kursi

Ilustrasi Pilkades
Ilustrasi
Ilustrasi Pilkades
Ilustrasi

BOGOR-RADAR BOGOR, Sebanyak 1.064 calon kades bakal bertarung di pemilihan kepala desa (pilkades) Kabupaten Bogor serentak, 3 November 2019.

Menjadi kades tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada modal miliaran yang harus dikeluarkan agar terpilih dan duduk sebagai “raja kecil”.

Penelusuran Radar Bogor, sedikitnya para calon kades menghabiskan duit Rp50 juta hingga Rp1 miliar untuk dana pemenangan.

Salah satunya Supirta, calon kepala Desa Sukarksa, Kecamatan Cigudeg. Ia mengaku menyiapkan dana hingga Rp500 juta. Dana tersebut digunakan untuk komunikasi, akomodasi dan tranportasi.

“Sementara sudah habis Rp200 juta,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.

Dia menjelaskan, setiap hari harus mengeluarkan Rp2 juta hanya untuk sekadar makan dan minum. Belum lagi biaya lain-lain. Tapi dia tidak menyoal masalah itu. Bagi dia pengabdian kepada masyarakat yang lebih penting.

“Kalau bisa dijumlahkan tentu banyak pengeluaran lain. Tapi itu bukan masalah karena saya disini ingin mengabdi ke masyarakat,” imbuhnya.

Biaya yang disiapkan Supirta sebenarnya masih jauh dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan oleh Ahmad Fauzi ketika mendaftar sebagai calon kepala desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang. Ahmad mendaftar dengan menunggangi kuda seharga Rp2 miliar.

Dia mengaku maju sebagai calon kepala desa tak lain karena ingin memajukan Desa Kabasiran menjadi desa mandiri.

“Banyaknya program pembangunan yang bersumber dari anggaran dana desa (DD) yang nanti akan di kelola secara transparan dengan melibatkan masyarakat,” katanya.

Tingginya ongkos para calon kepala desa ini selaras dengan anggaran pilkades serentak 2019 Kabupaten Bogor. Pemkab menganggarkan Rp32 miliar untuk pesta demokrasi di 273 desa yang ada di Bumi Tegar Beriman.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bogor, Ade Jaya mengatakan, Pilkades serentak 2019 diikuti 1.064 calon dengan jumlah pemilih 2.120.448 orang.

Jika megacu pada jadwal, hari ini Rabu (30/10/2019) merupakan hari terakhir para calon kades melakukan kampanye sebelum memasuki masa tenang besok hingga 2 November mendatang.

“Informasi terakhir dana Pilkades semuanya sudah keluar dari kas daerah,” bebernya.

Berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 141.1/286/Kpts/Per-UU/2016 tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak Bergelombang di Kabupaten Bogor, Pilkades tahun ini sudah terjadwal.

Dimana pada 12 Maret 2017 lalu, 36 desa sudah dilansungkan Pilkades gelombang pertama. Dilanjut dengan gelombang kedua pada 28 Oktober tahun lalu dengan 19 desa.

Dia menjelaskan, pemilihan kepala desa serentak yang dilaksanakan secara bergelombang dilakukan dengan interval waktu paling lama dua tahun.

Para calon kades dipilih langsung oleh penduduk desa yang memenuhi persyaratan dan bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Sebenarnya dalam pelaksanaannya, pemilihan dapat dilakukan dengan menggunakan metode secara manual atau elektronik. “Tadinya, mau ada yang e-voting, namun tidak jadi,” imbuhnya.

Secara teknis, Pilkades dilakukan sama dengan pemilihan – pemilihan lainnya. Di mana ada Tempat Pemungutan Suara (TPS) di setiap desa. Surat suara juga dicetak tak berbeda dengan pemilihan lainnya. “Untuk pelantikannya nanti pada awal tahun 2020,” pungkasnya.

Di sisi lain, demi mencapai tujuan menjadi kepala desa, calon-calon yang bertarung mulai bermanuver. Ada yang menggunakan jasa organisasi masyarakat (ormas) hingga datang ke dukun. Fenomena ini membuat Bupati Bogor, Ade Yasin berang.

“Nggak perlu ke dukun. Itu Musyrik. Ormas juga nggak usah ikut-ikutan. Ke dukun mau ngapain calon kades,” kata Ade belum lama ini.

Dia juga heran, ada calon kades yang datang ke dukun, disuruh beli apel jin harganya Rp60 juta.

“Yang calon kades nggak ada uangnya untuk beli apel semahal itu. Tapi begini aja, yang milih calon itu manusia bukan jin. Jadi lupakan dukun,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Burhanudin memberi penekanan kepada para calon kepala desa untuk berkompetisi dengan baik. Dalam arti, sebagai calon pemimpin di desa masing – masing, mereka harus menunjukkan yang terbaik. (nal/dka/all/c)