25 radar bogor

Mahasiswa IPB Telaah Hutan Rawa Air Tawar di Taman Nasional Berbak, Jambi

Mahasiswa IPB

BOGOR-RADAR BOGOR. Tree Grower Community (TGC), Himpunan Profesi Mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB University menggelar Ekspedisi Flora dan Studi Ilmiah (EKSFLORASI) 2019 ‘Menelaah Keanekaragaman Hayati Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar di Taman Nasional Berbak” pada 30 Juli – 9 Agustus 2019 di Taman Nasional Berbak, Jambi. Program kerja di bidang kehutanan ini terbagi dalam Forest Nutrition Group, Tree Species Group, Seedling Group, Entomology Group, Pathology Group, dan Agroforestry Group. Hasil Eksflorasi ini kemudian dipaparkan dalam Seminar Hasil Nasional EKSFLORASI 2019.

Wetland Internasional Indonesia, Ragil Satriyo Gumilang mengatakan bahwa keadaan tanah yang dominan di Taman Nasional Berbak adalah tanah gambut, namun masih terdapat tanah rawa air tawar. “Taman Nasional Berbak memiliki hutan rawa gambut yang unik, terluas, dan satu-satunya di Sumatera dan terluas di Asia Tenggara,” kata Ragil.

Dr Haruni menyampaikan ekosistem lahan basah akhir-akhir ini menjadi topik pembahasan hangat yang sering diangkat di internasional. Ekosistem lahan basah ini menjadi mitigasi perubahan iklim yang sangat berpotensi saat ini. Lahan basah (wetland) terdiri dari daerah rawa payau, payau, lahan gambut, dan perairan tetap atau sementara, air tergenang atau mengalir, tawar payau dan asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya kurang 6 meter pada waktu surut (ramsar). Luas lahan basah di Indonesia merupakan lahan yang terluas di Asia. Potensi lahan basah sendiri antara lain mencegah banjir dan kekeringan, sebagai habitat perkembangbiakan biota air, sumber hasil hutan, dan yang sangat penting yaitu sebagai penyimpan cadangan karbon. Taman Nasional Berbak merupakan Taman Nasional yang pertama direkomendasikan sebagai situs Ramsar di Indonesia.

Menurut Ali Sofiawan dari Yayasan KEHATI, lahan basah dapat menjadi penahan serangan tsunami, maka diperlukan adanya pengelolaan lahan gambut dalam pengelolaan Rawa Gambut Tripa. “Kepedulian terhadap lahan gambut dianggap sangat penting melihat dari fungsi dan potensi lahan gambut yang besar. Bencana-bencana akan terjadi apabila lahan gambut kurang diperhatikan,” ujarnya.

Seminar yang dibuka Dekan Fakultas Kehutanan, Dr Ir Rinekso Soekmadi, MSc F Trop itu juga menghadirkan narasumber lain yakni Dr. Haruni Krisnawati, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbang). (*/ris)