25 radar bogor

Pesan Rektor IPB University di Hari Sumpah Pemuda ke-91: IPB Kampus Kebhinekaan

Dosen IPB

BOGOR-RADAR BOGOR. IPB University memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-91 Republik Indonesia, dengan menggelar upacara yang bertema “Bersatu Kita Maju” di Lapangan Rektorat, Kampus IPB Dramaga, Senin (28/10). Tema ini diambil untuk menegaskan kembali komitmen yang telah dibangun oleh para pemuda Indonesia melalui deklarasi Sumpah Pemuda tahun 1928. Komitmen tersebut menyatakan bahwa hanya dengan persatuan, para pemuda dapat mewujudkan cita-cita bangsa.

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dalam naskah pidato yang dibacakan oleh Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada tokoh pemuda tahun 1928. Penghargaan diberikan kepada tokoh pemuda tahun 1928 karena telah mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda inilah yang menjadi pelopor pemuda Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia sekaligus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menandai peringatan Sumpah Pemuda, Rektor IPB University menorehkan catatan pentingnya yang tertuang dalam sebuah tulisan berjudul “Kampus Kebhinnekaan”. Rektor mengatakan, “Merawat kebhinnekaan adalah ajaran alam. Sejenak kita lihat bagaimana alam semesta bekerja. Kerja alam mestinya bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kehidupan manusia dan kebudayaannya. Kalau ada manusia tidak mengakui keragaman, tidak mau saling tergantung, tidak mau berjejaring dengan komunitas yang serba beda, artinya manusia tersebut telah menyalahi kodrat alam.”

Rektor mengurai lebih lanjut, “Itulah mengapa IPB sejak dulu memiliki kebijakan merekrut calon mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air melalui jalur undangan tanpa tes. Tidak lain karena IPB menyadari bahwa kesetaraan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sebuah keniscayaan dalam merawat kebhinnekaan. Meski secara historis ada trust untuk bersatu tapi kalau tidak dirawat dengan menjamin kesetaraan akses pada pendidikan, ekonomi, dan politik maka sangatlah berbahaya bagi trust itu sendiri. Di sinilah keadilan harus ditegakkan, yakni keadilan akses. Keadilan inilah yang akan merawat trust antar kita. Keadilan inilah yang akan membuat kita masih merasa bersaudara.”

Lebih lanjut Rektor mengurai, IPB pun lalu mengembangkan spirit kebhinnekaan dengan sistem asrama satu tahun sehingga kehidupan multibudaya bisa terbangun. Komunikasi lintas budaya juga semakin lancar. Sejak awal mahasiswa dididik untuk mengenal dan menghargai multi budaya. Acara tahunan kemahasiswaan berupa Gebyar Nusantara oleh BEM KM IPB serta Festival Budaya Nusantara oleh mahasiswa Sekolah Vokasi IPB adalah cerminan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya merawat kebhinnekaan. “Pada momentum itulah seluruh organisasi mahasiswa daerah (Omda) di IPB menampilkan aneka budaya dalam seni, busana dan kuliner khas daerah. Tidak lain acara ini untuk membangun apresiasi keragaman budaya. Inilah komitmen mahasiswa IPB untuk terus memperkuat persatuan bangsa dengan merawat kebhinnekaan, “ jelasnya.

Rektor pun menandaskan bahwa semestinya tidak berlebihan bila dengan kebijakan rekrutmen mahasiswa untuk seluruh nusantara dan kehidupan multibudaya di kampus seperti di atas, IPB ingin menjadi Kampus Kebhinnekaan. “Meski dalam skala yang masih kecil, inilah sumbangan IPB untuk terus merawat kebhinnekaan. Inilah lilin-lilin kecil yang terus IPB nyalakan. Sekecil apapun lilin yang kita nyalakan hari ini akan terus ada harapan kelak kita akan menerangi dunia, “ tutup Rektor. (Awl/Rosyid/sn)