25 radar bogor

One Health Conference, Mengekstrak DNA dari Penyakit Lebih Ampuh dari Antibiotik

One Health
One Health Converence di IPB Internasional Convention Center (IICC), Senin (28/10/2019).
One Health
One Health Converence di IPB Internasional Convention Center (IICC), Senin (28/10/2019).

BOGOR-RADAR BOGOR, Berbagai upaya dalam dunia kesehatan untuk melakukan pencegahan maupun pengobatan penyakit semakin terbuka lebar.

Salah satunya dengan perkembangan sains dan teknologi di masa kini. Seperti mengekstrak DNA dari penyakit dan dipergunakan untuk menyembuhkannya. Cara tersebut dipercaya lebih ampuh daripada penggunaan antibiotik.

Hal itu diketahui saat Prof Stefano Mazzoleni dan timnya dari University of Naples, Italia, yang telah menemukan The No Self Principle yang dapat diartikan secara mudahnya bahwa pertumbuhan organisme apapun dapat dihambat oleh DNA organisme itu sendiri.

“Berbeda dengan antibiotik yang umumnya mematikan patogen, justru dengan teknologi ini kami mengurangi dominansi dari patogen tersebut,” ujar Prof Stefano kepada awak media dalam One Health Conference di IPB Internasional Convention Center (IICC), Senin (28/10/2019).

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof Bambang Poerwantara mengungkapkan bahwa teknologi tersebut bisa mensubtitusi penggunaan antibiotik khususnya pada unggas.

Indonesia dan dunia memang tengah beruusaha meminimalkan bahkan mengnolkan residu antibiotik dalam daging, susu dan sebagainya. “Karenanya penemuan ini sangat memberikan angin segar bagi kesehatan hewan yang ramah lingkungan dan tidak memiliki residu,” ungkap dia.

Ditempat yang sama, Mantan Menteri Pertanian periode 2001-2004 Prof Bungaran Saragih mengatakan, The No Self Principle dapat diartikan secara mudahnya bahwa pertumbuhan organisme apapun dapat dihambat oleh DNA organisme itu sendiri.

Implikasi dari penemuan ini sangat luas sehingga dapat mencakup semua sektor, yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan, kesehatan tumbuhan, dan kesehatan tanah.

Penyerapan agriteknik baru yang sangat cepat di Asia dan pertanian sebagai sektor penting di Indonesia adalah alasan prinsip revolusioner ini ditampilkan ke seluruh dunia untuk pertama kali di Indonesia.

“Sudah dijelaskan secara jelas saat konferensi bahwa implikasi dari penemuan ini memiliki potensi ilmiah untuk menggantikan berbagai antibiotik yang merugikan di masa mendatang, terutama antibiotik yang dicampur dengan pakan hewan,” jelasnya.

Guru Besar IPB ini berharap penemuan-penemuan terbaru ini juga memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan pestisida dan fungisida secara signifikan. “Sehingga membantu sektor pertanian Indonesia menjadi hijau,” pungkasnya. (gal/pkl5)