25 radar bogor

IPB University Turut Wacanakan Pancasilanomics

IPB University Turut Wacanakan Pancasilanomics

BOGOR-RADAR BOGOR,Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Republik Indonesia (RI) yang juga alumni IPB Dr Ir Arif Budimanta menyatakan jika struktur dan jalannya perekonomian Indonesia ke depan haruslah berlandaskan pada Pancasila, atau disebut sebagai Pancasilanomics.

Dengan begitu, keadilan serta kemakmuran dapat segera dirasakan oleh rakyat secara nyata dalam bingkai Indonesia Maju.

“Pancasilanomics menempatkan keadilan sebagai orientasi dari pembangunan. Sehingga pemenuhan hak sosial rakyat dapat terpenuhi, kesempatan terbuka bagi seluruh warga dan persatuan nasional semakin kuat,” ujar Dr Ir Arif dalam Kuliah Umum PANCASILANOMICS: Jalan Membangun Kemajuan, Kemakmuran dan Kesejahteraan Bangsa yg diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University pada Sabtu (19/10) di Kampus IPB Dramaga.

Tercatat, FEM IPB University juga aktif dalam melakukan diskusi serta riset terkait dengan pemikiran Ekonomi Pancasila, bersama dengan jejaring akademisi dari universitas lain.

“Ditengah situasi ekonomi global yang tidak menentu saat ini, civitas akademika IPB terus mendiskursuskan serta mengimplementasikan ekonomi pancasila yang sudah dimulai para founding father Republik Indonesia!”, ujar Dekan FEM IPB University, Dr Ir Nunung Nuryartono.

Pancasilanomics sebagai sebuah sistem dan paradigma ekonomi, memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan sistem serta paradigma lain. Pancasilanomics memiliki nilai yang khas dari kehidupan sosial masyarakat kita dengan titik berangkat yang juga berbeda dengan titik berangkat liberalisme.

“Pancasilanomics menempatkan nilai etik pertanggung jawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pondasi penting dalam relasi ekonomi, yang titik berangkatnya bukan berasal dari basis individualisme, apalagi kapital atau modal,” kata Arif Budimanta.

Pancasilanomics, pada dasarnya memiliki tiga corak inti yang utama. Pertama, ia merupakan ruh dari ekonomi yang dikehendaki oleh konstitusi. Kedua, ia tidak anti terhadap pasar, karena justru di pasar itu lah perlu ada perlindungan terhadap pelaku-pelaku ekonomi agar dapat berelasi dengan adil. Ketiga, sebagai konsekuensi dari dua poin sebelumnya, maka negara harus hadir untuk mendukung serta menopang pelaku pasar yang lemah dan terlemahkan.”Pancasilanomics menempatkan keseimbangan dan integrasi sosial yang menjadi tujuan akhir, bukan keseimbangan pasar,” menurut Arif Budimanta.

Sebagai perbandingan, negara-negara maju di dunia terbukti memiliki paradigma ekonomi yang khas, yang berasal dari kebudayaan serta pola masyarakat setempat. Jerman memiliki social market economy, Korea Selatan memiliki Dao-Yi-Li (neo confusianism) serta Jepang dengan konsep Wa yang mengutamakan kerjasama. “Maka Pancasilanomics, dapat menjadi sistem dan paradigma ekonomi Indonesia ke depan, sebagai panduan dalam menyusun jalan Indonesia Maju,” tegas Arif Budimanta.

Jalan Indonesia Maju dengan berpandu pada Pancasilanomics, diharapkan dapat mengeluarkan Indonesia dari jebakan pertumbuhan ekonomi 5%, menurunkan ketimpangan antarpendapatan dan antarwilayah, serta menguatkan keberpihakan negara terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi.

Guru Besar FEM IPB University, Prof Dr Didin S Damanhuri menyambut baik penulisan buku pancailanomics ini. “Buku karya Arif Budimanta ini akan menambah literatur ekonomi pancasila Pancasilanomic sehingga ke depannya pancasilanomic akan menjadi grand theory!”, kata Prof Dr Didin.

“Ke depan, seluruh kampus yang memiliki fakultas ekonomi di Indonesia seyogyanya mengajarkan pancasilanomics sebagai materi wajib. FEM IPB University siap menjadi motor pengerak”, ungkap Guru Besar FEM IPB University ini.

Rektor IPB University, Dr Arif Satria menyambut baik kuliah umum Pancasilanomics.

“IPB University terus menggali pemikiran-pemikiran ekonomi alternatif yang berangkat dari realitas di indonesia. Pancasila adalah platform dengan nilai-nilai dasar berbangsa dan bernegara yang harus tercermin dalam pemikiran maupun praktik ekonomi”, ujarnya.