25 radar bogor

Sehari, Pengemis di Puncak Bisa Dapat Rp 600 Ribu. Incar Turis Timur Tengah!

Salah satu pengemis di kawasan Puncak, menunggu belas kasihan dari pengendara yang melintas, Senin (14/10/2019).

CISARUA-RADAR BOGOR, Kawasan Puncak Cisarua tak hanya menjadi lokasi favorit wisatawan setiap akhir pekan. Destinasi wisata di Kabupaten Bogor itu juga menjadi tempat para pengemis meraup pundi-pundi rupiah.

Targetnya pun bukan lagi warga lokal atau wisatawan Jakarta. Melainkan turis Timur tengah. Mereka memanfaatkan simpatik turis berhidung bangir yang gemar sedekah itu.

Tak main-main, berdasarkan penelusuran Radar Bogor, para pengemis ini bisa mengantongi Rp 600 ribu setiap harinya.

Seperti yang dituturkan Enah (61). Pengemis asal Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur ini, sejak pukul 11.00 WIB sudah ada di sekitar Warung Kaleng, Kecamatan Cisarua.

Ia lebih memilih jual Iba pada Turis Timur tengah yang sedang berwisata di Kawasan Puncak.

Alasannya, satu. Turis Timur Tengah jauh lebih dermawan. Nominal yang dberikan turis asing pada nenek empat cucu itu lebih besar, ketimbang warga lokal, atau turis dari Jakarta.

“Jauh. Sekali ngasih kadang Rp 20.000. Ada juga yang ngasih Rp 50.000,” aku Enah kepada Radar Bogor, Senin (14/10/2019).

Hal itu membuat, Enah tak usah payah-payah seharian mengemis. Cukup bertemu dengan 20 hingga 25 turis timur tengah, ia sudah bisa bawa pulang uang tak kurang dari setengah juta rupiah.

Bahkan, jika musim Haji, ia bis amengantongi Rp 1 juta perhari. Lantaran Puncak sedang dipadati turis asing itu.

“Sekarang sisanya. Kalau musim haji, bisa jutaan,”ucap wanita mengenakna baju coklat itu.

Dalam menjual iba ini, Enah tidak sendiri. Ada delapan lansia lain yang berprofesi sebagia pengemis. Semuanya sama. Berasal dari Cianjur

Banyaknya pengemis ini bukan tanpa alasan. Mereka memang terkoordinir dengan rapih. Hal itu diakui oleh Asep Mustafa (42), Kordinator Pengemis yang membawahi Enah Cs.

Pria berkumis tebal itu yangbertanggungjawab penuh atas pengemis-pengemis yang ia pelihara. Termasuk saat terjaring razia.

Ia yang menjemput Enah dan kawan-kawan kala diangkut Satpol PP atau Dinas Sosial Kabupaten Bogor.

Dengan catatan, semua pengemis yang berada dibawah komandonya menyetorkan sebagian pendapatatnya. “Semua saya yang urus. Termasuk traportasi,” akunya.

Iapun menjabarkan, untuk rute yang dijalani enah dan kawan-kawan itu terbagi. Setiap hari bergantian. Termasuk jam operasionalnya.

“Kalau setiap hari disitu saja, orang juga lama-lama kenal. Jadi diputer-puter. Kadang di kebun teh, kadang di paralayang, kadang di sekitaran Attawun, kadang di Warung Kaleng, kadang di Jalan arah Taman Safari Indonesia,”jelasnya.

Perihal razia, ia mengaku sudah khatam. Ketika anak buahnya itu diangkut. Tidak pernah sampai pada pembinan atau ke balai sosial.

Usia lansia menjadikan anak buahnya itu selalu pulang kembali. “Lansia, bisa langsung dipulangkan. Cukup kita jemput saja,” akunya.

Pria mengenakan jaket kulit hitam menerangkan, sudah puluhan anak buahnya terkena razia.

“Mereka sering. Kalau saya aman. Saya kan dari jauh amati. Juga ada anak buah saya yang lain yang juga mengamati,” katanya.

Komplotan pengemis inipun bukan dirinya saja. Ia menjamin, ada belasan kelompok yuang tersebar dari Simpang Ciawi, Simpang Gadog, hingga Puncak Cisarua.

“Itu (pengemis, red) yang di Ciawi sama Gadog beda lagi bosnya. Kalau saya cuman yang di sini saja,” tutupnya. (all/c)