25 radar bogor

Horas Amang, Sebuah Tradisi yang harus Dijaga Dalam Kehidupan Masyarakat

JAKARTA-RADAR BOGOR, Adegan dibuka dengan penampilan sekelompok perempuan muda yang sedang membawakan tarian khas Batak, di Kampung Toba Jakarta.

Kampung yang mayoritas penduduknya adalah kaum urban asal Tapanuli itu berbaur dengan penduduk lain yang berasal dari suku dan keyakinan yang berbeda, namun hidup dengan damai. Identitas mereka ditunjukkan dari ucapan salam yang disampaikan saat berpapasan, atau saat ada pesta perkawinan.

Cok Simbara, aktor kawakan yang menjadi sentral di film ini berperan sebagai Amang, seorang ayah yang telah berhasil membesarkan ketiga anaknya sebagai orang tua tunggal. Sayang, saat sudah beranjak dewasa, ketiganya melupakan ayah, keluarga, hingga budaya mereka sendiri, yang adalah budaya Batak.

Amang yang juga menjadi penerus masyarakat Batak di Kampung Toba pun merasa risau akan masa depan ketiga anaknya serta keberadaan Kampung Toba yang menghadapi persoalan klise, penggusuran dengan alasan untuk mengangkat derajat kehidupan masyakarat Kampung Toba menjadi lebih baik dengan rencana pendirian Rumah Sakit dan Apartemen, tanpa terkecuali rumah yang didiami oleh Amang dan ketiga anaknya pun akan digusur.

Kesadaran timbul dari ketiga anaknya, setelah Amang mengeluarkan ancaman tidak akan memberikan warisan apa pun kepada ketiga anaknya dan terlebih setelah ketiganya mengetahui bahwa ayah mereka mengidap kanker stadium tinggi yang umurnya tinggal 3 bulan lagi.

Problematik yang ada di tengah-tengah keluarga sederhana ini yang coba diangkat oleh Steve RR Wantania, produser eksekutif yang juga berperan sebagai co-director dalam film Horas Amang. Amang mencari cara agar ketiga anaknya dapat saling mengasihi keluarganya dan kembali menjadi anak-anak yang baik serta ingat akan akar budaya mereka.

Jalan cerita yang tidak rumit, namun tidak sesederhana film-film yang lain, Horas Amang patut ditonton oleh keluarga Indonesia, karena mengusung nilai-nilai kekeluargaan, nilai budaya yang semestinya dihormati karena latar belakang masyarakat Indonesia adalah adat, dan juga nilai-nilai kebersamaan dalam tantanan kehidupan bersosial dengan suku-suku yang berbeda keyakinan.

Film yang diangkat dari suatu cerita teater dengan judul yang sama, “Horas Amang Tiga Bulan Untuk Selamanya” ini dipentaskan pertama kali di Taman Ismail Marzuki (TIM) oleh teater legion pada tahun 2016.

Steve merasa beruntung dapat bertemu dengan Asye Siregar, teman kuliah pada Program Pasca Sarjana Profesi di STT IKAT Menteng Jakarta. Asye menawarkan naskah teater Horas Amang kepada Steve yang langsung menerima dan mempelajarinya.

Menurut Steve, ada banyak pesan moral yang disampaikan dalam “Horas Amang”. Asye pun mengamini, bahwa persoalan keluarga bukan persoalan suku maupun agama, keduanya berharap agar masyarakat Indonesia dapat meraih kembali keharmonisan dalam sebuah keluarga setelah menonton Horas Amang.

Film yang disutradarai oleh Steve sendiri dan juga Irham Acho Bachtiar, diproduseri oleh Dr. Steve RR Wantania, MA., bersama Dr. Ir. Asye Siregar, MA., dan Dr. Jufriaman Saragih, MA., mengambil latar belakang budaya Batak dan kebetulan para pemainnya kebanyakan para seniman yang berasal dari Batak, seperti Cok Simbara, Tanta Ginting, Novita Dewi, Jack Marpaung. Selain itu ada juga pemain-pemain senior nasional yang bukan orang Batak, seperti Piet Pagau, Dodi Epen Cupen dari Papua, dan artis-artis lainnya.

Steve, kelahiran Manado 31 Oktober ini adalah lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang melanjutkan studinya di Showcase School of Photography, Atlanta, Amerika.

Horas Amang memang film pertamanya sejak kembali dari Amerika tahun 2016, meski demikian Steve yang juga suami dari artis dan penyanyi Pinkan Mambo ini sudah membuat beberapa film dan pembuatan video musik artis-artis papan atas dunia selama 10 tahun hidup di Amerika, seperti Hip Hop Artist Deedub, Rap Singer Grindritte King dan untuk DJ Mattia Settimeli dari Italia.

Sementara debutnya di bidang fotografi bukan artis-artis biasa yang ia tangani, melainkan selebriti sekelas Chakakhan, Bobby Brown, Alicia Keys, Paris Hilton, Luke Perry dan masih banyak lainnya.

Steve yang membumi seperti juga harapannya yang tidak muluk-muluk terhadap film yang disutradarainya. Dikesempatan premiere film Horas Amang di Jakarta (23/9), pria berkacamata minus ini mengatakan kepada Nia S. Amira Kontributor Radar Bogor bahwa ia akan bersyukur jika Tuhan berkehendak dan masyarakat Indonesia menyukai film Horas Amang.

Horas Amang bersama 10 film nasional lainnya akan membuat perfilman Indonesia bergairah lagi, dan bisa menjadi vitamin segar di musim kemarau yang panjang ini. Horas Amang mulai tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia mulai 26 September 2019. (Oleh: Nia S. Amira)