25 radar bogor

Sulit Parkir, Proyek Pelebaran Pedestrian Jalan Surken Diprotes

Suasana lalu lintas di ruas Jalan Suryakencana. Nelvi/Radar Bogor
Suasana lalu lintas di ruas Jalan Suryakencana. Nelvi/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Pelebaran pedestrian Jalan Suryakencana tahap dua kembali dilanjut tahun ini.

Tak seperti proyek pada 2018 sebelumnya, kelanjutan pelebaran trotoar di sisi kiri jalan Pecinaan Kota Bogor itu tak berjalan mulus. Meskipun sudah ada pemenang proyek, rupanya suara keberatan dari warga pemilik toko baru mengemuka.

Rudi Darmawan (47) seorang warga yang juga pemilik toko di Jalan Suryakencana mengatakan, dirinya tidak keberatan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan penataan trotoar Suryakencana.

Namun, ia mengaku keberatan jika penataan menyentuh pelebaran trotoar. Sebab, dengan pelebaran itu, otomatis memperkecil lebar bahu jalan yang digunakan kendaraan.

Padahal, sebagai pemilik toko, ia juga memerlukan spot parkir untuk bongkar muat barang. Sehingga jangan sampai membuat macet jalanan.

“Kalau jalan kecil, kami parkir susah. Intinya ditata nggak apa-apa, tapi nggak perlu dilebarkanlah. Tidak penting, mempersempit pengendara,” keluhnya.

Ia juga mengaku heran, sejak awal tidak pernah diberi tahu soal rencana pelebaran jalan. Tiba-tiba sudah jadi siteplan, padahal tidak dilibatkan saat rencana dilakukan.

“Pas mau mulai sekarang ini ngukur-ngukur, kan lucu. Silahkan kalau mau dpercantik, tapi nggak usah dilebarin,” tandasnya.

Menanggapi hal itu, Anggota DPRD Kota Bogor Atty Soemadikarya menuturkan, protes dari warga harus dihormati. Tak aneh, menurutnya, ruas Jalan Surken tidak sama dengan ruang Kota Bandung.

Pelebaran trotoar di kawasan Surken berampak negatif dan akan membunuh penghasilan pemilik toko di sepanjang jalan, karena tidak bisa parkir. Sebagai orang yang lahir dan besar di kawasan itu, ia mengerti betul kondisi para pemilik toko.

“Bisa saja sepi pembeli. Jika ruas jalan yang sudah ada harus dipersempit dengan alasan kecantikan tata ruang di tengah kota, ya nggak tepat. Sudah cukup pedestrian kawasan Lawang Salapan dan Kebun Raya Bogor,” ketusnya.

Apalagi, kata dia, hanya untuk menghabiskan APBD atau CSR dengan angka puluhan miliar. Sebab, masih banyak anggaran di pos-pos yang lebih dibutuhkan masyarakat Kota Bogor.

Politisi PDIP itu bahkan menduga, sosialisasi yang dilakukan terbatas atau malah tidak ada. Sebab, keberatan dan keluhan warga baru mengemuka setelah ada pemenang proyek dengan nilai Rp14 miliar itu.

“Kalau protes sekarang. Artinya nggak ada sosialisasi dong. Saya tegaskan di sana akan lumpuh karena nggak ada persiapan soal lahan parkir,” tandasnya.

Senada, beberapa warga yang sering melintas di kawasan tersebut pun merasa pelebaran pedestrian yang sudah dilakukan sangat berlebihan. Hal tersebut dikatakan salah satu mahasiswa STIE Kesatuan, Arif Firmansyah.

Kata dia, memang mempercantik dan membuat rapi terlihat. Tapi, ukuran lebarnya sangat tidak efektif. “Justru mempersempit jalanan. Malah makin macet daerah situ sampai ujung Gang Aut,” katanya ditemui Radar Bogor disekitar Surken, kemarin.

Mengetahui bahwa pedestrian satunya akan kembali diperbaiki, ia juga berharap tidak terlalu berlebihan untuk luasnya. “Takut sama besar, makin sempit saja, makin macet saja. Yang parkir makin tengah, jalan lewat makin satu jalur,” tegasnya. (wil/c)