25 radar bogor

Pasokan Air Tanah di Gunungsari Berkurang, Puri Harmoni Dituding Sebagai Penyebabnya

PROPERTI: Kawasan pembangunan Perumahan Puri Harmoni di Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
PROPERTI: Kawasan pembangunan Perumahan Puri Harmoni di Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

CITEUREUP-RADAR BOGOR, Keberadaan perumahan yang dibangun PT Harmoni Bangun Multiguna di Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, dipersoalkan warga setempat.

Pasalnya, warga mencurigai kekeringan parah yang terjadi di sana bukan hanya lantaran kemarau semata, melainkan efek dari adanya pembangunan permahan bersekala besar tersebut.

Hal itu diungkapkan salah seorang warga, Boyo (37). Dia mengaku, meskipun kemarau panjang melanda desanya, namun air sumur di kawasannya tak pernah sampai habis. Namun semenjak 2017, dimana perumahan Puri Harmoni dibangun, sejak itulah pasokan air tanah warga mulai berkurang.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya sih sekalipun kemarau kita tetap ada air. Tapi sejak dua tahun terakhir air di sumur kami juga ikut kekeringan,” kata Boyo kepada Radar Bogor, Jumat (13/09).

Dia mengatakan, dia dan warga lainnya akan menuntut pembangunan sarana air bersih kepada pihak Puri Harmoni untuk desanya. Permintaan warga pun akhirnya sudah difasilitasi oleh pemerintah desa.

“Ada sekitar 45 KK dan KTP warga yang dikumpulkan. Harmoni meminta data warga yang terdampak. Kita sudah serahkan. Eh tapi ternyata permohonan kita ditolak mentah-mentah oleh mereka,” kata Boyo.

Menurut dia, perusahaan semestinya berkontribusi untuk membangun wilayah yang ada di sekitarnya. Apalagi jika wilayah tersebut mendapatkan masalah sosial seperti kekurangan air bersih.

Warga lainnya, Sofyan (44), berharap agar pihak Harmoni membantu mencarikan solusi lain untuk meringankan beban kekeringan. Pasalnya, ada lebih dari 1.000 rumah yang dibangun oleh Harmoni di atas tanah yang luasnya lebih dari dua hektar.”Itu cukup luas lho. Unitnya juga banyak,” ucapnya.

Ditempat berbeda, Project Manager Harmoni Bangun Multiguna, Aryani, membantah perusahaannya jadi dalang kekeringan warga Gunungsari. Dia menjelaskan jika perusahaannya tidak pernah mengeksploitasi penggunaan air baku tanah.

Mereka menggunakan teknologi Water Treatment Plant atau penyaringan air yang bersumber dari sungai. Bahkan, Puri Harmoni sendiri turut merasakan kekeringan.

“Kalau ditanya kekeringan, kita juga sama. Tidak ada air. Kita sudah coba sumur bor, tapi memang airnya tidak ada. Akhirnya kita pakai WTP, itulah yang kita gunakan untuk distribusi air di sini,” lanjutnya.

Sebagai pengembang, Aryani mengakui kemarau panjang membuat mayoritas berbagai wilayah kekeringan, termasuk Gunungsari. Karena itu, ia tegas jika pengembang tak bisa dikambinghitamkan.

“Kalau pun harus dibangun sumur bor sesuai permintaan, kami juga tidak yakin akan ada air. Kami sudah mencoba di wilayah Pasir Mukti berjenis cadas,” ujarnya.

Meski begitu, pihaknya sangat membuka diri apabila warga ingin mendiskusikan obrolan kekeringan dalam. Bagaimana pun masyarakat adalah mitra kerja yang harus diutamakan.

Hanya saja, ia berharap apapun hasil diskusinya, harus saling memahami. “Intinya kita tidak menutup diri. Kita welcome kok. Cuma apapun hasilnya nanti, kita harus saling memahami,” pungkasnya.(cr1/c)