25 radar bogor

Meninggal Sebelum Wisuda, Mahasiswa Unpak yang Ijazahnya Diambil Ayah Sempat Koma

Rektor Unpak Bibin Rubini bersama orang tua dari almarhum Winda Setianingsih, pada prosesi wisuda di Braja Mustika Hotel & Convention Centre, Rabu (27/2/2019) pagi.

BOGOR-RADAR BOGOR,Suasana haru menyelimuti civitas akademika Universitas Pakuan saat prosesi wisuda, Rabu (28/8) lalu. Bahagia yang dirasakan ratusan wisudawan saat itu tak didapatkan Winda Setianingsih, mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP.

Winda harus menutup usia jelang momen penting dalam hidupnya itu.

Di lingkungan kampusnya, Winda dikenal sebagai sosok yang aktif, cekatan, supel, dan rajin. Bahkan, jauh sebelum diwisuda, Winda dike­tahui telah diterima sebagai pengajar di salah satu sekolah di bilangan Bojonggede. Hal ini diung­kapkan langsung oleh Kepala Prodi Ba­hasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan, Suhendra.

Sedih! Meninggal Sebelum Wisuda, Ijazah Mahasiswi Pakuan Ini Diambil Ayahnya

“Almarhumah lulus sidang, saya sendiri pengujinya. Menunggu masa sidang, almarhumah sudah bekerja menjadi guru. Kata orang tuanya, almarhumah sempat menengok sanak saudaranya di Jawa sana, mungkin karena kecapean dan harus segera mengajar. Dalam perja­lanan menuju sekolah, almarhumah me­ng­­alami kecelakaan lalu lintas, tertabrak oleh truk dari belakang. Kebetu­lan almarhumah sehari-hari menggunakan motor,” kata Suhendra.

Peristiwa memilukan itu sendiri, kata Hendra, terjadi beberapa hari sebelum prosesi wisuda dilakukan. Winda sendiri sedianya, sambung Hendra, men­jadi wisudawati di gelom­bang II pada Juli lalu. “Bibinya mengabari saya, almarhumah dalam keadaan koma dua hari sebelum wisuda. Padahal keba­ya dan toga sudah disiap­kan, saya sampaikan cepat sembuh dan mudah-mudahan bisa mengikuti wisuda di periode selanjutnya, yaitu 28 Agustus lalu,” jelasnya.

Namun, kata Suhendra, nyata­nya kondisi Winda tak kunjung membaik, meski sempat men­jalani perawatan ke Ciman­de. Setelahnya, Winda kembali dirawat di RSUD Kota Bogor, dan mengembuskan napas pada awal Agustus lalu.

“Mendapatkan informasi meni­nggalnya Winda, saya langsung berkunjung. Almar­humah memang orangnya rajin, cekatan, aktif di organisasi juga, banyak kegi­atan, banyak teman. Kami sangat merasa kehilangan,” kata Suhendra.

Dikatakannya juga, kepergian Winda, tepat setahun setelah ibunya yang juga lulusan Universitas Pakuan berpulang. Ada penyesalan mendalam di benak Suhendra, Winda meng­ungkapkan ingin melanjutkan S2 dan sudah meminta formulir.

“Saya sampaikan ke pim­pinan fakultas, bagaimana pun juga almar­humah sudah lulus, tinggal diwisuda, ijazah sudah ada, menjadi kebang­gaan orang tua mohon diberi­kan dan rektor menyam­but baik, ini hak yang bersan­g­ku­tan, jadi saya kontak ba­pak­nya untuk hadir saat pe­nye­rahan ijazah,” terangnya.(/c)