25 radar bogor

Ngopi dengan Nuansa Pedesaan di Rumah Kopi Ranin

Lokasinya yang jauh dari pusat kota dan berada di kawasan Hutan IPB, membuat keberadaan kafe bernuansa rumah desa ini tak begitu banyak diketahui masyarakat umum. Apalagi, keberadaannya di bawah tebing jalan membuat mereka yang pertama kali berkunjung akan sedikit kebingungan.

Rumah Kopi Ranin, sebetulnya pertama dibuka di pusat kota, tepatnya di Jalan Bangbarung lalu pindah ke Jalan Kresna Raya Indraprasta. Sehingga konsepnya pun seperti tempat ngopi kebanyakan.

Namun, sekitar 2017 ketika berpindah lokasi ke Jalan Alternatif IPB, Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, konsepnya pun berganti. Tempat ngopi ini menjadi Rumah Kopi Ranin yang bernuansa pedesaan, layaknya rumah petani kopi di desa-desa.

Terdiri dari tiga rumah kayu di area yang dikelilingi hutan dan Sungai Ciapus, dari anak sungai Cisadane, lalu ada deretan kursi berpasangan layaknya sebuah kafe hanya kursinya benar-benar alami dari kayu, drum atau kursi besi tempo dulu.

Di depan kursi dan rumah panggung besar ada hamparan sawah, tanaman kopi dan pepohonan. Rumah panggung ini dilengkapi meja-meja dari mesin jahit edisi lama.

Tampak pula poster Peta Citarasa dan Aroma Kopi Nusantara, yang ditempel di belakang bangunan kedua untuk toilet. Lalu lukisan di samping rumah ketiga yang menjadi musola dan tempat beristirahat.

Menaiki anak tangga menuju rumah panggung utama, pengunjung akan disuguhi perkakas dapur jaman dulu dilengkapi perapian kayu bakar dan lesung menumbuk padi. Tak ketinggalan ada mesin roasting untuk memilih dan mengupas biji kopi menjadi bersih sebelum masuk mesin giling.

Deretan kursi dan bangku jaman dulu juga tersedia, dilengkapi rak yang menyimpan koleksi bacaan fiksi maupun non fiksi. Lalu meja kasir dan aneka kopi premium yang sudah dikemas serta yang disiapkan untuk digiling dan disajikan pada pengunjung.

Di sini, pengunjung pesan lalu bayar di depan. Menu utama, tentu kopi dari berbagai daerah atau kopi Indonesia dan cemilan ala desa yakni goreng pisang atau singkong. Rumah Kopi Ranin yang didirikan Tejo Pramono dan Uji Sapitu memang mengutamakan citarasa dengan manual brewing.

“Kopi di sini memang fresh, karena kami olah dan racik sendiri dari berbentuk biji yang diambil dari petani kopinya langsung di berbagai daerah,” kata Co-Founder Rumah Kopi Ranin, Tejo Pramono.

Sehingga minuman kopi memang menjadi andalan dengan berbagai varian penyajian. Untuk menu berat seperti ayam, pihaknya hanya menyediakan sesekali tanpa terjadwal pasti.

Di Rumah Kopi Ranin, sang pemilik memang tak ingin pengunjung sekadar minum kopi. “Kami ingin mereka yang datang ke sini, bisa tahu tentang asal usul kopi dan berbagai cita rasa atau aroma kopi,” jelasnya.

Karena itulah, di Rumah Kopi Ranin, tak hanya kopi dalam bentuk minuman. Tejo juga sengaja menanam pohon kopi Arabica dan Robusta. Kemudian, leuit atau lumbung yang berfungsi menyimpan puluhan jenis kopi dari berbagai daerah di Indonesia.

Lalu mesin roasting, giling dan fasilitas-fasilitas petani kopi di desa. Semuanya disediakan agar pengunjung bisa tahu informasi tentang kopi, tak sekadar meminumnya.

“Kalau kafe-kafe kopi sekarang banyak yang berkiblat ke barat atau Eropa, saya sengaja membangun Rumah Kopi Ranin dengan desain dan konsep desa. Beginilah rumah petani kopi di desa,” ujarnya, yang sebelumnya survei para petani kopi ke berbagai daerah di Indonesia.

Selain tempat, fasilitas yang disajikan memang didesain dari kayu. Tejo berharap, Rumah Kopi Ranin menjadi destinasi kopi nusantara. (pia)