25 radar bogor

Yazid, Sosok Pencetus di Balik Viralnya Obat Kanker Akar Bajakah

Yazid Rafly Akbar (paling kiri).

JAKARTA-RADAR BOGOR, Beberapa hari ini masyarakat dihebohkan dengan penemuan akar bajakah, yang mampu menyembuhkan penyakit kanker payudara. Namun, tidak banyak yang tahu sosok dibalik penemuan obat tersebut.

Dia adalah Yazid Rafly Akbar. Cerita bermula ketika nenek Yazid, salah satu siswa yang melakukan riset Bajakah menderita kanker payudara 40 tahun lalu. “Ayah saya coba pakaikan obat dari Bajakah itu lalu sembuh sampai sekarang,” ujar Yazid seperti dikutif dari detikHealth.

Untuk keperluan penelitian di sekolah, Yazid mengajak kedua kakak kelasnya, Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri untuk meneliti Bajakah. Hasil riset kemudian dilombakan di Bandung dan Korea. Di kedua ajang tersebut, mereka juara pertama.

Bajakah sebenarnya merupakan sebutan untuk akar bagi orang Dayak. Jenis Bajakah pun banyak, bahkan di hutan terdapat ratusan. Bajakah sudah digunakan turun temurun di keluarga Yazid.

Ayah Yazid lah yang sejak kecil ikut dengan kakek Yazid menembus hutan untuk mencari Bajakah. Namun, sampai saat ini, spesifikasi jenis Bajakah ini masih dirahasiakan.

“Saya orang Dayak. Saya yang dari kecil ikut bapak saya dulu ke hutan nyari (Bajakah), jadi saya yang tahu gimana ciri-ciri, bentuk, dan tekstur Bajakah itu,” cerita Daldin, ayah Yazid.

“Saya gak tahu kalau di keluarga lain, tapi sebenarnya ini turun temurun hanya di keluarga kami saja,” tambahnya. Terkait seruan ‘Patenkan Bajakah’, memang ada harapan Daldin ke depannya agar Bajakah dipatenkan.

“Ya itu nantilah. Kita juga sempat koordinasi sama Pemda. Intinya bagaimana tetap bisa mengobati orang banyak. Tapi ya balik lagi semuanya butuh proses. Insyaallah sih (patenin bajakah) kita lihat saja situasi ke depan. Kita tetap koordinasi sama Pemda,” ujar Daldin.

Kepala SMAN 2 Palangkaraya, Mi’razulhaidi juga senada dalam hal mematenkan Bajakah. Hal ini untuk menghindari kemungkinan buruk ke depannya.

“Ya, jangan sampai juga ini kan udah turun temurun dan anak didik kami juga yang neliti terus ada orang-orang yang punya niatan negatif ke hutan kami. Memang paling tidak harus dipatenkan. Tapi kita ga bisa kan sendiri. Ini kan aset bangsa, aset semua, jadi kita harus koordinasi,” pungkasnya.(pin/dtc)