25 radar bogor

Pemecahan Rute Trayek Bus di Terminal Baranangsiang Harus Didukung Angkutan Lain

Harga Tiket Bus
Harga tiket bus antar kota dan provinsi di Terminal Baranangsiang ikut naik pasca kenaikan harga BBM bersubsidi.

BOGOR-RADAR BOGOR, Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memecah rute bus Terminal Baranangsiang ditanggapi positif oleh berbagai kalangan.

Jadi Kawasan TOD, Rute Bus Terminal Baranangsiang Dipecah. Berikut Rinciannya!

Salah satunya dari Pengamat Transportasi dari Universitas Pakuan (Unpak) Budi Arif

Dirinya menilai, fungsi terminal Baranangsiang menjadi strategis lantaran berada tak jauh dari pintu tol Jagorawi.

“Tapi, terpenting, bagaimana mengintegrasikan dengan kendaraan feedernya, jadi misalnya sekarang dari wilayah Leuwiliang, Dramaga, bagaimana menuju Terminal Baranangsiang,” kata Budi.

Dikatakan Budi, satu alternatif yang ada kini, yakni Transpakuan, melalui lima koridor yang ada berintegrasi dengan Terminal Baranangsiang. Namun, feeder lainnya pun meski kuat untuk mengurangi pergerakan di jalan raya.

“Sehingga akhirnya, orang cenderung menggunakan Public Transportation, kata kuncinya begitu. Dan disisi lain di setiap feeder harus menyediakan park and ride, bagi mereka yang menggunakan motor dan mobil bisa berpindah misalnya ke Transpakuan, menuju Terminal Baranangsiang dan menggunakan LRT menuju Jakarta,” jelasnya.

Tak kalah penting untuk diperhitungkan, kata Budi, tarif yang digunakan bisa terintegrasi satu moda transportasi ke moda transportasi lainnya, selayaknya tiket terusan.

“Ini juga menarik, sehingga dengan model seperti itu enggak terlalu banyak transaksi, kalau pindah-pindah dan ngetap lagi kan jadi tidak efisien. Tapi tiket terusan ini juga harus jelas harganya sesuai tujuan, sehingga pelayanan bisa optimal,” paparnya.

Disisi lain, sambung Budi, soal hibah trem dari Belanda yang akan difungsikan pada 2020 mendatang. Pun harus dipertimbangkan, nantinya trem berada di jalur mana saja.

“Trem itu kan berada di rel dengan satu bidang jalan, dengan kendaraan lain. Kondisi mati listrik, seperti yang akhir – akhir ini terjadi harus dipertimbangkan. Kira-kira ada opsi lain semisalnya menggunakam bahan bakar solar,” ungkapnya.

Masih kata Budi, masalah akan muncul jika nantinya trem beroperasi. Apakah budaya atau perilaku masyarkat bisa menyesuaikan?. Harus ada sosialisasi tentang attitude berkendara di jalan dengan adanya trem.

“Hal-hal itu perlu, edukasi tentang transportasi, berlalu lintas. Karena kan sistem transportasi merupakan wujud peradaban manusia, kalau transportasinya ngawur itulah wujud bangsa kita, coba dilihat di Eropa, orang yang disiplin itu transportasi nya bagus,” tegas dia lagi.

Artinya, sambung Budi, harus ada law enforcement. Dengan semakin beragamnya moda transportasi di Kota Bogor, jangan sampai, Budi menegaskan, besar pasak daripada tiang.

“Bagaimana willingnees to pay, keinginan untuk mau membayar dan kemampuan orang berbayar, harmonis. minimal biaya operasional dan tarif tertutup. Istilahnya push and pull, mendorong dari kendaraan pribadi, menarik ke transportasi umum. tapi harus bersistem, jangan setoran,” tandasnya. (wil/c)