25 radar bogor

Jelang HUT RI, Anggota Paskibra Tewas. Diduga Dianiaya Senior Pembina!

Ilustrrasi Paskibra

JAKARTA -RADAR BOGOR, Jelang HUT RI, calon anggota Paskibra Tangerang Selatan (Tangsel) tewas diduga akibat mengalami kekerasan. Korban yang diketahui bernama Aurellia Quratu Aini itu, diduga dianiaya senior pembinanya.

Aurel menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis (1/8/2019). Pihak keluarga sempat membawa Aurel ke rumah sakit setelah sempat terjatuh tak sadarkan diri di rumahnya di Taman Royal Cipondoh, Tangerang.

Ibu Aurellia, Sri Wahyuniarti menilai ada aturan yang dilanggar senior Aurel selama pembekalan dan pelatihan. Wahyuniarti sering bertanya tentang pelatihan yang diikuti Aurel.

Wahyuniarti pernah bertanya soal luka lebam di lengan kiri anaknya. Dia sempat ingin menemui senior Aurel saat tahu luka lebam itu akibat dicubit. Namun Aurel melarangnya.

“Lalu memang ada spot atau lebam, dia bilang, ‘Ma ini dicubit, biasa kok.’ Saya bilang, ‘Itu tidak biasa Nak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan Paskibraka.’ Tapi dia tidak bilang, ‘Kakak takut,’ nggak. Malah dia bilang, ‘Itu biasa, Ma. Itu biasa.’ Jadi memang dia bilang, ‘Ma, jangan ngomong ke senior,'” kata dia saat ditemui di Rumah Duka, Jalan Singosari Raya, Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8).

Selain cubitan, Wahyuniarti mengatakan anaknya juga pernah ditampar. Dia juga pernah keberatan saat tahu anak perempuannya bersama teman lainnya dihukum push up kepal. Padahal menurutnya, militer pun tidak asal-asalan ketika melakukan push up kepal.

Wahyuniarti mengatakan anaknya dalam kondisi sehat. Namun dia tak memungkiri setelah mengikuti sejumlah kegiatan, dia melihat putrinya kelelahan dan sempat demam. Selain fisik, dia melihat pelatihan yang diikuti anaknya juga menguras mental.

Catatan harian yang dibuat anaknya selama 22 hari dirobek senior dan disuruh menuliskan ulang. Di sisa waktu istirahat Aurel yang sedikit, Wahyuniarti menilai perintah tersebut tentu jadi beban berat.

Cerita Aurellia kepada sang ibu, ada temannya yang dihukum karena membuat kesalahan, sehingga Aurellia juga mendapatkan hukuman yang sama. Namun saat itu dia mengira Aurel demam karena dampak kelelahan.

“Sampai rumah setengah 8 malam. Dia sudah kelihatan sangat lelah. Sangat lelah. Tapi masih sempat cerita. ‘Tadi kakak main air, mama, tadi ada empat orang teman kakak membuat kesalahan dan dihukum. Kakak berzikir jangan sampai kakak punya kesalahan. Alhamdulillah bukan kakak. Tapi karna korsa kami semua pasti dihukum bersama,” kata dia.

Hingga akhirnya, pada Kamis (1/8) sekitar pukul 04.00 WIB Aurel terjatuh saat membuat teh. Keluarga terbangun mendengar suara Aurel jatuh.

“Dia keluar dari kamar dia menuju dapur, kakak saya yang melihat dia menuju dapur. Di dapur itulah dia jatuh. Tidak membentur apapun. Kami terbangun karena bunyinya sangat-sangat keras. Tidak lebih dari lima menit kami berusaha membangunkan dia, langsung kami bawa dia ke rumah sakit. Saat di dapur dia jatuh dia sudah tidak bereaksi,” jelasnya.

Saat berada di rumah sakit, Wahyuniarti mengatakan dokter menjelaskan fungsi otak Aurellia sudah berhenti meski sudah diperiksa pakai alat bantu nafas.

Namun, orang tua Aurel tak akan melapor ke polisi. Ia berharap tidak ada tindakan hukum apa pun terhadap institusi atau oknum pelatih paskibra. Mereka juga tidak ingin anaknya diautopsi. Pihaknya sudah merasa ikhlas meski berat.

“Jadi harapan kami, ke depan, sampai detik ini saya dan istri beserta keluarga, kami tidak berharap melakukan tindakan langkah hukum kepada institusi maupun oknum yang ada di tim pelatih Paskibraka ini,” kata ayah Aurel, Faried Abdurrahman. (dtk/ysp)