25 radar bogor

Kena Dampak El Nino Terparah, Suhu Udara di Jonggol Capai 37 Derajat Celcius

Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol mengalami suhu tinggi dan kekeringan paling parah.

JONGGOL – RADAR BOGOR, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bogor menyebutkan, kemarau tahun ini akan lebih kering dan terik dari pada tahun sebelumnya.

Hal ini karena faktor akibat fenomena El Nino, sehingga suhu tertinggi mencapai 37 derajat celcius dan Jonggol menjadi wilayah paling parah.

Perlu diketahui, El-Nino merupakan siklus alami bumi yang berkaitan dengan kenaikan suhu permukaan laut melebihi nilai rata-rata Samudra Pasifik sekitar ekuator. Hal ini biasanya menyertai hawa panas yang terjadi saat ini.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun BMKG Bogor, Hadi Saputra mengatakan, Jonggol menjadi salah satu lokasi yang mengalami dampak musim kemarau terparah. “Musim kemarau sekarang lebih kering dari tahun lalu, karena ada fenomena elnino lemah,” kata Hadi.

Peningkatan suhu permukaan air laut ini secara kompleks akan menyebabkan banyaknya pembentukan awan dan hujan di daerah tersebut, sehingga terjadi peningkatan frekuensi cuaca buruk dan jumlah curah hujan.

“Musim kemarau sekarang lebih kering dari tahun lalu, karena ada fenomena elnino lemah,” kata Hadi kepada Radar Bogor, Kamis (1/8/2019).

Dia memperkirakan, kemarau tahun ini berpuncak pada Agustus atau September. Bahkan, kejadian cuaca ekstrem saat ini berpotensi hingga November.

Berdasarkan data, menurut Hadi, ada beberapa wilayah di Provinsi Jawa Barat lebih dari dua bulan tidak turun hujan.

“Di wilayah Pantura, Indramayu sudah tiga bulan lebih tidak ada hujan. Potensi kemarau sampai november,” beber Hadi.

Dia mengimbau, masyarakat yang terdampak kekeringan saat ini diharap dapat lebih bijak dalam penggunaan air bersih. Melihat saat ini belum dapat dipastikan kapan terjadinya hujan. “Bijak dalam penggunaan air,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol, Samsu bertutur, di wilayahnya mengalami kekeringan paling parah di timur Kabupaten Bogor. Meski begitu, belakangan, Samsu mengaku sudah datang bala bantuan air bersih.

“Kekeringan masih berlanjut, belum turun hujan,” kata Samsu, Rabu (01/08).

Ketua RW05, Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol, Pandi, mengatakan, aliran Sungai Cicadas menjadi sumber terakhir di desanya. Jarak terdekat menempuh sekira satu kilometer.

“Terkadang juga ada dari kampung sebelah (Kampung Ranji) yang berjarak tiga kilometer dari sungai mengambil air di sini,” ungkap Pandi.

Saat itu, Samsu juga membeberkan, ada 13 kampung di sana. Dengan jumlah penduduk 4000 orang.

Seluruhnya merasakan kekeringan dan sulit mendapat air bersih. Air sungai yang jadi sumber terakhir dipergunakan untuk mencuci dan mandi.

“Untuk dikonsumsi warga mengerluarkan uang sebanyak Rp5000 ribu membeli air isi ulang,” beber Samsu.(cr1/c)