25 radar bogor

Potensi Alami Kekeringan Ekstrim, Kabupaten Bogor Masuk Status Awas

Beberapa warga mengambil air di lubang sela-sela bebatuan Sungai Ciapus yang sudah mengering di Kampung Ciapus RT 04/07, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor, Jumat (05/07). Sofyansyah/Radar Bogor
Beberapa warga mengambil air di lubang sela-sela bebatuan Sungai Ciapus yang sudah mengering.

CIBINONG – RADAR BOGOR, Kabupaten Bogor masuk dalam wilayah di Jawa Barat yang berpotensi mengalami kekeringan esktrim hingga tiga bulan ke depan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor pun menetapkan status awas terkait kondisi tersebut.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, Hadi Saputra mengatakan penetapan status tersebut didasari atas analisis curah hujan dalam tiga bulan kedepan.

Beberapa wilayah Jawa Barat, kata dia, berpotensi mengalami kekeringan ekstrem akibat tidak diguyur hujan sama sekali.

“Ada 12 wilayah Jawa Barat yang berpotensi kekeringan ekstrim, salah satunya di Kabupaten Bogor,” kata Hadi.

Hadi mengatakan 12 wilayah tersebut diantaranya Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Sumedang, Indramayu, Cirebon, Majalengka , Cianjur, Sukabumi, dan Indramayu.

“Untuk wilayah Bogor, berdasarkan data kami terparah ada di wilayah Jonggol dan beberapa wilayah timur Bogor,” kata dia.

Menurut Hadi, dengan adanya penetapan status waspada ini diharapkan masyarakat dapat mengantisipasinya.

Misalnya dengan menghemat air dan tidak menanam padi atau tanaman yang membutuhkan banyak air.

“Potensi sampai bulan November untuk peralihan lagi ke musim hujan,” kata dia.

Hadi mengatakan, kekeringan tahun ini lebih kering akibat tidak adanya hujan yang mengguyur di beberapa wilayah.

“Biasanya meski di musim kemarau tetap ada hujan, tapi dua bulan ke belakang ini tidak ada hujan sama sekali, terutama di wilayah yang telah dipetakan,” ujarnya.

Menurut Hadi, salah satu penyebab cuaca ekstrem ini adalah terjadinya kondisi El Nino kategori lemah.

“Kondisi ini ada perbedaan suhu, di Samudera Pasifik lebih panas, dibanding disini, sehingga awan tidak terbentuk,” kata dia.

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor, Dede Armansyah mengatakan pihaknya telah mengusulkan agar dalam tiga bulan ke depan Kabupaten Bogor ditetapkan status tanggap darurat oleh Bupati Bogor dengan adanya penetapan dari (BMKG). “Status ini terhitung 1 Agustus hingga 30 Oktober 2019,” kata Dede.

Menurut Dede, meski tingkat kekeringan di Kabupaten Bogor berbeda, namun diperlukan status tanggap darurat secara keseluruhan.

“Secara administratif harus ada peningkatan status, sehingga kita bisa mengerahkan seluruh potensi yang ada,” ujarnya.

Adapun mengenai dampak kekeringan, Dede menyebut terjadi kekurangan air bersih dan kebakaran. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat menghindari potensi kebakaran.

“Kami menghimbau agar masyarakat tidak membakar sampah atau kegiatan lain yang dapat memercikan api besar selama tiga bulan ini,” pungkas Dede. (ipe)