25 radar bogor

PGN jadi Pembeli Potensial Produksi Blok Masela

Ilustrasu pegawai PGN tengah memeriksa distribusi gas ke pelanggan, (Dok.JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Pemerintah Indonesia dan perusahaan migas asal Jepang Inpex akhirnya menyepakati Plan of Development (PoD) atau rencana pengembangan Blok Masela, di Laut Arafuru. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap lapangan gas abadi itu bisa mulai berproduksi (on stream) pada 2027.

Presiden Jokowi menyampaikan, saat ini pemerintah tengah menyiapkan proyek Masela yang sangat menguntungkan tersebut. Pemerintah tak ingin asal-asalan dalam memulai pekerjaan besar ini.

Selain dampak dari masuknya investasi, pemerintah juga mencermati potensi penyerapan tenaga kerja sekaligus konten lokal yang akan digunakan dalam proyek Masela. Presiden Jokowi berharap, ketika sudah beroperasi nanti, lapangan gas abadi Masela ini dapat mendorong pertumbuhan industri petrokimia dan lainnya.

“Akan kita kawal dan kita harapkan konstruksi dimulai sesuai jadwal, sehingga tahun 2027 itu sudah bisa beroperasi,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat (19/7).

Terpisah, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menjelaskan, pengerjaan sebuah lapangan gas tidak akan bisa dimulai jika belum ada kepastian pembeli jangka panjang (long-term buyer). Saat ini SKK Migas dan pihak terkait tengah berupaya mencari long-term buyer tersebut.

Kabar baiknya, Dwi mengatakan, besar kemungkinan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) akan menjadi longterm buyer untuk menyerap produksi Blok Masela. Dalam hal ini, PT Pertamina (Persero) selaku holding tengah berkomunikasi dengan PGN dan Inpex.

“Mereka sudah melakukan pembicaraan untuk bisa meng-absorb domestik yang akan datang. Dan saat ini PGN sudah mengemban penugasan LNG yang selama ini ada di Pertamina. Ini jadi potential buyer domestik,” ucap Dwi di Kantor SKK Migas, Jumat.

Lebih lanjut dia optimistis, ketika lapangan Masela mulai berproduksi pada 2027, produksinya dapat menggantikan penurunan produksi gas (declining) dari lapangan eksisting lainnya. “Maka dari itu kita punya waktu, dua-tiga tahun untuk proses tadi (Front End Engineering Design), untuk desain rinci Masela sebelum proyeknya dimulai,” pungkas mantan Direktur Utama Pertamina itu.

Sebagai informasi, berdasarkan kontrak, Indonesia akan menerima USD 39 miliar, sedangkan Inpex USD 37 miliar dari proyek Masela. Selain itu, ada efek domino pada industri lainnya. Salah satunya, industri petrokimia dengan investasi bisa mencapai USD 2 miliar di daerah tersebut.

Terkait konstruksi, Dwi menyebut sudah disepakati untuk mengombinasikan onshore (di darat) dan offshore (di laut). President & CEO Inpex Takayuki Ueda mengatakan, Blok Masela memberikan dampak sangat besar terhadap perseroan karena ini merupakan salah satu proyek LNG terbesar di dunia.

“Ini terbesar untuk Inpex, apalagi waktunya hingga 2055,” ujarnya, Selasa (16/7).

Produksi gas dari proyek tersebut akan dialirkan untuk pembeli potensial, baik dari domestik maupun internasional. “Proyek ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik di Indonesia. Meski demikian, ada beberapa negara Asia seperti Jepang, Tiongkok, dan Taiwan yang bisa menjadi pembeli potensial,” imbuhnya.

Pengembangan Blok Masela masih menggunakan skema cost recovery hingga 2055. Kontrak yang berakhir cukup lama tersebut membuat pihaknya meminta pemerintah untuk tidak mengubah kebijakan fiskal.

“Jika aturan berubah dan kami tidak bisa mengontrolnya, kami akan menanggung risiko perubahan,” ujarnya.

Untuk pengembangan blok itu, pemerintah memberikan insentif investment credit sebesar 80 persen terhadap biaya-biaya investasi kapital secara langsung pengembangan fasilitas produksi natural gas. Tetapi tidak termasuk fasilitas LNG yang dibiayai melalui skema trustee borrowing scheme (TBS).

Pengembangan blok tersebut diklaim dapat menimbulkan efek berganda secara nasional maupun lokal. Di tingkat nasional, potensinya mencapai USD 153 miliar serta USD 95 miliar di tingkat provinsi. Kemudian, ada potensi peningkatan pendapatan rumah tangga senilai USD 33 miliar.