25 radar bogor

PLN Optimistis Rasio Elektrifikasi 99,5 Persen Tercapai di Akhir 2019

Jajaran manajemen PT PLN (Persero) (dari kiri ke kanan) Vice President Public Relations PLN Dwi Suryo Abdullah, Sekretaris Perusahaan PT. PJB M. Bardan, Manajer Perencanaan Anggaran Komunikasi dan Administrasi Divisi Corporate Communication & CSR (Div Com) PLN Sampurno Marnoto Humas PLN Agus Trimukti, Humas PT. PJB Fidiyanti bertemu dengan Redaksi Group Jawa Pos di Graha Pena, Jakarta, Rabu (17/7). (Hanung Hambara/Jawa Pos)

JAKARTA-RADAR BOGOR, PT PLN (Persero) terus memacu pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) nasional. Perusahaan BUMN yang mengurusi penyediaan tenaga listrik nasional ini optimistis target rasio elektrifikasi sebesar 99,5 persen pada akhir 2019 bisa terpenuhi. Hingga Juni 2019, pemanfaatan listrik oleh pelanggan rumah tangga telah mencapai 98,8 persen, naik dari posisi sebelumnya di awal tahun yang mencapai 98,3 persen.

“Hingga Juni 2019, PLN melayani 67,5 juta dari total 68,3 juta pelanggan rumah tangga sesuai data Badan Pusat Statistik. Artinya, hingga Juni 2019, rasio elektrifikasi telah mencapai 98,8 persen,” ujar Vice Presiden Public Relations PT PLN (Persero), Dwi Setyo Abdullah dalam kunjungan ke redaksi Group Jawa Pos di Jakarta, Rabu (17/7) seperti dikutip dari jawapos.com.

Pada 2015, rasio elektrifikasi baru mencapai 88,3 persen, naik menjadi 95,3 persen di 2017 dan menjadi 98,3 persen di 2018. Sepanjang 4 tahun terakhir dari 2015-2018 rasio elektrifikasi naik 10 persen.

Untuk kapasitas listik nasional, PLN hanya akan menambahkan sesuai dengan permintaan. Menurut Dwi, pertumbuhan listrik itu sejatinya sesuai dari permintaan. yang saat ini permintaan dengan rata-rata 6 persen. “Harapannya bisa tumbuh 6 persen, tapi juga PLN tidak memaksa bisa tumbuh 6 persen, harus kembali kepada permintaan. Karena kami menyediakan listrik sesuai kebutuhan,” ungkapnya.

Namun Dwi mencatat kapasitas listrik nasional bertambah menjadi sekitar 65.000 mega watt (mw) sampai pada kuartal pertama di 2019. Hal ini disebabkan pengoperasian pembangkit listrik baru. Namun, angka tersebut tidak bisa dijadikan patokan, karena angka terus bergerak naik dan turun.

“Kenapa turun? Karena bisa saja dipaksa jangan operasi, mungkin karena rusak atau hal ini, jadi turun. Maka itu, PLN menyediakan penambahan energi listrik berdasarkan pertumbuhan dan permintaan beban. Karena semua itu kembali ke cadangan yang bisa berkurang,” ucap Dwi. untuk diketahui, saat ini PLN terus menurunkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). (JPG/magang-ulfah)