25 radar bogor

Penghapusan Premium di Tarakan Picu Inflasi

ILUSTRASI SPBU. Premium di Kota Tarakan, Kalimantan Utara ditiadakan. (dok. Bulungan Post/Jawa Pos Group)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pasokan premium yang ditiadakan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di darat, membawa dampak positif dan negatif pada pembangunan dan kehidupan masyarakat Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Lantas, apakah penghapusan BBM jenis premium lebih memberikan dampak positif atau negatif di Kota Tarakan?

Wali Kota Tarakan, Khairul, mengungkap penghapusan telah sesuai dengan usulan pemerintah kepada Pertamina. Sebab, mayoritas penyaluran premium dinilai tidak tepat sasaran. Premium seharusnya dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah.

“Tapi faktanya, yang menggunakan premium ini kebanyakan masyarakat lain, bahkan ada mobil dinas, mobil orang kaya, dan sebagainya, sehingga tidak tepat sasaran. Kami sarankan bukan meniadakan, tapi tidak dijual di SPBU, tapi di tempat tertentu yang khusus melayani itu,” tegasnya, dikutip dari Radar Tarakan (Jawa Pos Group), Selasa (16/7) seperti dikutip dari jawapos.com.

Dia pun menegaskan penghapusan premium bukanlah usulan pemerintah Kota Tarakan. “Tapi dari Pertamina. Sebenarnya saran kami agar tepat sasaran saja,” katanya.

“Kami pun di Pemkot tidak menggunakan premium, saya sudah instruksikan kepada Pemkot agar menggunakan Pertalite, supaya orang yang berhak benar-benar dapat menggunakan haknya,” pungkasnya.

Pengamat ekonomi Margiyono menjelaskan bahwa setiap kebijakan pemerintah selalu menghadirkan dua dampak, yakni positif dan negatif. Penghapusan premium memiliki dampak positif yakni bertujuan mengamankan posisi APBN.

Maka penghapusan premium akan memperkuat APBN, sebab akan meningkatkan kualitas belanja yang sebelumnya tidak produktif menjadi produktif. “APBN yang dibelanjakan untuk hal-hal yang sifatnya dibagi-bagi, ini pemerintah punya keleluasaan untuk mengalokasikan kepada sektor-sektor atau pos belanja yang lebih menguntungkan secara ekonomi, sosial atau politik,” jelasnya.

Tak hanya itu, penghapusan premium dapat mengurangi spekulan. Jika harga subsidi lebih rendah, maka setiap orang sering memanfaatkan hal tersebut sebagai rantai ekonomi.

Sehingga muncul kasus pengetap yang dikarenakan selisih harga yang dijual masyarakat dengan pemerintah yang cukup tinggi. Masyarakat golongan tertentu mengambil sikap untuk menjadikan hal tersebut sebagai pundi-pundi keuntungan.

Dijelaskan Margiyono, spekulan memiliki dua tipe yakni mengurangi penyelundup. Penyelundup berpikir tidak mendapatkan hasil maksimal.

Tak hanya itu, penjualan bensin eceran yang berada di pinggir jalan pun perlahan akan berkurang, karena mahalnya harga BBM mereka dibandingkan dengan yang dijual SPBU.

Namun tak hanya sisi positif, penghapusan premium juga menghadirkan sisi negatif yakni akan memberikan dampak kepada basis BBM. Seperti kendaraan umum, angkot, ojek online dan sebagainya.

“Persoalannya di Tarakan itu, segmen taksi umum sangat sedikit, artinya memang ada pengaruhnya terhadap itu. Tapi karena sedikitnya masyarakat yang menggunakan jasa angkutan kota, sehingga relatif terbatas, maka dampaknya hanya kepada masyarakat yang menggunakan premium saja,” jelasnya.

Pengaruh negatif terhadap penghapusan premium, akan mendongkrak persentase kebutuhan premium di Kota Tarakan. Misalnya penggunaan premium di Tarakan mencapai 20 persen dari penggunaan seluruh bahan bakar, maka yang terdampak langsung adalah 20 persen tersebut.

“Jadi, peningkatan biaya transportasi sekitar 23 hingga 26 persen untuk yang menggunakan premium. Jadi, misalnya yang selama ini naik angkot, maka biaya tersebut cenderung akan naik karena tidak menggunakan premium lagi,” ucapnya.

Kenaikan harga bahan bakar tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi. Jika premium bersifat nasional, maka akan terjadi inflasi oleh karena desakan biaya. (JPG/magang-ulfah)