25 radar bogor

Sidalimu Daliya Milik RSUD Ciawi Masuk Inovasi Top 99

JAKARTA-RADAR BOGOR, Sidalimu Daliya (Sistem Informasi Kendali Mutu dan Kendali Biaya) milik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi, dipresentasikan pada Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019.

Kegiatan itu digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatut Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) RI, dihadapan Dewan Juri,

Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan memaparkan keunggulan Sidalimu Daliya, bertempat di Ruang Rapat Sriwijaya, Gedung Kemenpan-RB, Jakarta pada Senin (8/7).

Inovasi Sidalimu Daliya lahir dari isu strategis Nasional, permasalahan Era JKN Universal Coverage BPJS, dimana banyak RSUD yang mengalami kesulitan pasien jumlahnya meningkat, nilai paket layanan dihargai rendah oleh tarif INA CBGs, sehingga banyak RS nyaris bangkrut, Dokter merasa jasa medis kecil, ketersediaan obat tidak sesuai dengan kebutuhan, serta mutu pelayanan yang belum sesuai standar.

Sementara di Kabupaten Bogor, dengan pancakarsa Bogor sehat, maka mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan aksesbilitas pelayanan kesehatan menjadi perhatian penting menuju pencapaian visi dan misi Kabupaten Bogor.

“Dengan permasalahan yang ada di RSUD Ciawi, kemudian lahirlah inovasi Sidalimu Daliya untuk mendorong peningkatan mutu, efisien, pelayanan berfokus pasien dan mendorong terciptanya kerjasama tim,” kata Wabup.

Wabup juga menambahkan Sidalimu Daliya ini merupakan inovasi yang dilakukan oleh RSUD Ciawi, untuk menjawab tantangan tersebut, dimana dengan sistem ini mutu layanan dapat terjaga biaya pelayanan terkendali, serta kepuasan pasien juga terjaga, mampu tercipta cost efektif dan efisien pembiayaan tanpa mengesampingkan mutu layanan.

“pada aspek pelayanan PPA patuh sesuai SPO dalam memberikan pelayanan ke masyarakat, sesuai clinical pathway/sesuai standar profesi sehingga tercipta profesionalisme sedangkan aspek pasien/masyarakat pasien mendapatkan kepastian pelayanan dan pasien merasa puas dengan pelayanan RS,”ujarnya.

Iwan Setiawan juga memaparkan sebelum ada sistem ini, pelayanan pasien di rawat inap belum termonitoring, setelah ada sistem ini, dapat terlihat peningkatan penggunaan obat sesuai formulariun Nasional, efisiensi pembiayaan, serta peningkatan kepuasaan pasien yang didapatkan melalui survey.

“Kedepan sistem ini akan terus dikembangkan, dengan menambah jumlah clinical pathway yang dimasukan dalam sistem dan diyakini berhasil, karena mendapatkan dukungan dari pimpinan, tenaga medis dan paramedis adanya keterjaminan anggaran serta adanya SDM dan sistem IT yang mendukung, sistem ini sangat mudah di replikasi oleh instansi pelayanan kesehatan dengan rawat inap, baik mulai dari puskesmas sampai dengan rumah sakit,”ungkapnya. (CAY)