25 radar bogor

Main Masak-Masakan, Bocah di Sukabumi Tewas Tertusuk Pisau

RSP saat akan dimakamkan

SUKABUMI-RADAR BOGOR,RSP (9), bocah perempuan asal Kampung Babakan Jampang, RT 01/10, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi tewas terpeleset terpeleset di pematang sawah hingga lehernya tertusuk pisau yang ia bawa untuk masak-masakan bersama teman sebaya­nya.

Nyawa anak kelas empat SD itu tak tertolong saat tiba di RSUD R Syamsudin SH.

Kakek korban, Tjeje Sur­jana (72), mengatakan bahwa RSP sempat meminjam pisau kepada bibinya namun tidak diberikan. Korban kemudian pergi ke warung membeli ku­nyit. Namun tanpa sepengeta­huan bibinya, RSP kembali dan diam-diam mengambil pisau tersebut.

Usai mendapatkan pisau, RSP bersama teman-temannya bermain di tanah lapang lo­kasi pembangunan perumahan yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat tinggalnya. ”Tahu-tahu dia sudah bermain ber­sama teman-temannya, katanya masak-masakan. Tidak lama kemudian sekitar pukul 15:00 WIB, ramai kabar cucu saya jatuh terpeleset lalu tertusuk pisau,” ujar Tjeje.

Tidak lama setelah mendengar kabar itu, kakak ketiga korban, Muhammad Falahardi (14), bergegas ke lapangan. Ia panik sambil menggendong sang adik. Kondisi RSP mengeluarkan banyak darah dari lehernya. ”Kondisi pisau katanya sudah dicabut sendiri oleh cucu saya itu. Yang ada hanya lubang bekas tancapan, ukurannya cukup besar di leher,” ucap Tjeje.

Muhammad Falahardi pun tak kuasa menahan tangis saat mengantarkan jasad adiknya, RSP ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Babakan Jampang, Kota Sukabumi.

Muhammad Falahardi yang karib disapa Falah itu orang terakhir yang bersama korban. Ia sempat membawa sang adik dengan cara dibopong meng­gunakan ojek ke RSUD R Sy­amsudin SH. Namun takdir berkata lain, bocah perem­puan itu tewas sebelum masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Bocah kelas tiga SMP itu ter­lihat masih syok dan belum bersedia membagikan kisah tragis yang menimpa RSP. ”Fa­lah yang bawa korban sambil dibopong ke rumah sakit pakai ojek,” ujar Tjeje.

Falah mengetahui adiknya mengalami insiden itu setelah dikabari teman almarhum yang datang ke rumah. Ia ber­lari menuju lokasi yang dit­unjukkan teman RSP. ”Falah langsung lari nyusul adiknya, lalu membawa RSP ke rumah. Dia panik melihat adiknya itu berlumuran darah. Atas saran keluarga karena kondisinya sudah mengkhawatirkan, akhirnya langsung dibawa ke rumah sakit pakai ojek sambil dibopong kakaknya,” tutur Tjeje.

Saat itu kondisi pisau sudah tercabut. Menurut Tjeje, cucunya sendiri yang mencabutnya. ”Pisaunya sudah tidak ada, hanya tersisa lubang bekas tusukan. Kata teman-temannya, RSP cabut pisaunya sendiri. Posisi tubuhnya tengkurap saat jatuh sehingga pisau yang dipe­gang tangan kanan korban menancap persis di lehernya,” beber Tjeje.

Sepanjang perjalanan, sam­bungnya, Falah berusaha mem­buat adiknya sadar sambil menutup lubang bekas tusukan pisau. ”Katanya terus-terusan keluar darah. Makanya sepan­jang jalan dia nutup lubang di leher yang tertusuk pisau itu pakai jari,” jelas Tjeje.

Begitu juga dengan ayah kor­ban, Samsul Sulaeman (34), hanya termenung sedih persis di depan gundukan tanah me­rah makam anak perempuan­nya, kemarin. Sementara istri­nya, Devi Andriyani (34), sem­pat pingsan usai menghadiri prosesi pemakaman anak perempuan keempatnya itu.

Ia pun harus dipapah bebe­rapa sanak saudara saat akan meninggalkan TPU Babakan Jampang yang berada tak jauh dari rumahnya. Kesedihan pasangan suami-istri itu be­ralasan. Apalagi kematian anak kelas empat SD itu terbilang sangat tragis. Samsul dan Devi tidak menyangka anak perempuannya harus meregang nyawa tertusuk pisau dapur persis di lehernya saat bermain rumah-rumahan bersama teman-teman sebayanya. Ke­giatan yang dilakukan anak bungsu itu untuk mengisi waktu luang usai sepekan mengikuti samenan di seko­lahnya.

Bermain masak-masakan sering dilakukan anak-anak di kampungnya. Namun kali ini aktivitas itu membawa duka mendalam. Samsul mengaku terpukul dengan peristiwa tra­gis yang menimpa putri keem­patnya itu.

Semasa hidupnya, ia men­gungkapkan, RSP dikenal se­bagai anak yang penurut dan cerdas. Suatu waktu, RSP me­nyampaikan cita-citanya yang ingin menjadi dokter.

“Anaknya kalau disuruh apa saja selalu nurut. Saya pernah nanya kalau sudah besar mau jadi apa, dia jawab mau jadi dokter,” kata Samsul. Saat kejadian, Samsul sedang tidak di rumah. Men­dengar kejadian tersebut, ia bergegas pulang. ”Saya sedang ada urusan, tiba-tiba mendapat kabar RSP kecelakaan. Setelah pulang, ternyata kejadiannya seperti ini,” ungkap Samsul. (dtk/met/ysp)