25 radar bogor

2 Brazil vs Argentina 0: Bola Nasib Tak Bisa Dikendalikan Lionel Messi

Lionel Messi kembali gagal bersama Argentina dalam Copa America 2019.
Lionel Messi kembali gagal bersama Argentina dalam Copa America 2019.

JAKARTA-RADAR BOGOR, Bola nasib tak pernah bisa dikendalikan siapapun. Bahkan oleh sang pengendali bola terbaik di muka bumi: Lionel Messi. Pagi ini (3/7) kegagalan bersama Argentina kembali menyertainya dengan takluk 0-2 oleh Brazil di Mineirao dalam semifinal Copa America 2019.

“Para pemain mencintai Messi begitu besar sehingga mereka berkata ingin memenangi turnamen ini hanya demi dia. Pemain terbaik dalam sejarah yang tidak memiliki trofi bersama Argentina. Tapi, kami semua ingin menang, bukan hanya dia,” ujar Lionel Scaloni, pelatih Argentina kepada RTE. Harapan yang kembali sirna pagi ini.

Pertanda kegagalan sejatinya sudah tampak bahkan sebelum Argentina berjuang melawan sang rival abadi. Tango lupa caranya menari di atas rumput hijau. Mereka gagap sejak kickoff Copa America 2019. Kekalahan oleh Brasil hanya penegasan.

Saat melawan Brazil, Argentina mengawali permainan layaknya seorang anak kali pertama datang ke sekolah. Selama 10 menit pertama, mereka kebingungan mengatasi Brazil yang tampil yang seheboh teman tukang bully di sekolah.

Jangankan membangun serangan, menguasai bola saja Argentina kepayahan. Pressing tinggi yang ditetapkan Brasil dalam racikan Tite membuat tertekan. Berkali-kali kolaborasi Dani Alves dan Gabriel Jesus dari sisi kanan Brasil membuat Marcos Acuna dan Nicolas Tagliafico tampak seperti pemain tarkam.

Beruntung, bombardir itu tidak juga terjadi dari sayap kiri Brasil yang dihuni Alex Sandro dan Everton. Tapi, tekanan dari Roberto Firmino yang ditopang Philippe Coutinho, akhirnya membuat pertahanan Argentina jebol juga pada menit ke-17. Umpan direct dari Firmino ke area penalti mampu dimanfaatkan Gabriel Jesus menjadi gol.

Setelah tertinggal, kolaborasi lini tengah Argentina yang dihuni Acuna, Leandro Paredes, dan Rodrigo de Paul, tetap belum mampu memenangi pertarungan serta menjadi support system buat Lionel Messi, Lautaro Martinez, dan Sergio Aguero. Berungkali situasi itu memaksa Messi atau Martinez turun jauh ke bawah untuk ikut membangun serangan. Dampaknya, tugas penyelesai serangan terabaikan.

Hanya dua tembakan Argentina yang benar-benar membahayakan kiper Alisson. Pada menit ke-56, sepakan Messi dari sisi kanan pertahanan Brazil membentur tiang gawang. Tusukan Messi itu dimulai dari bola rebound hasil upaya Lautaro Martinez yang kena blok.

Demi meningkatkan agresifitas, pelatih Argentina Lionel Scaloni memasukkan Angel Di Maria menggantikan Acuna. Tapi, sebelum itu, Brasil sudah lebih dulu memasukkan Willian menggantikan Everton yang kurang maksimal. Kehadiran Willian, membuat variasi serangan Brazil lebih banyak. Juga, yang lebih penting winger Chelsea itu cukup handal dalam menutup pergerakan lawan saat bertahan.

Lalu pada menit ke-71, bola umpan Messi kena intersep, Brazil melancarkan serangan balik. Jesus menggiring bola ke area penalti dan memberi umpan pendek ke Firmino yang tak terjaga. Blaaaaar, gol pun tercipta, Argentina tertinggal 0-2.

Selepas gol itu, Argentina belum padam api. Kalau pada babak pertama sempat mati akal dan kalah penguasaan bola sampai 61 persen berbanding 39 persen pada tengah babak pertama, setelah tertinggal, mereka sempat mencapai penguasaan bola 50 persen. Bahkan pada 10 menit akhir, penguasaan bolanya mencapai 52 persen.

Tapi, duet jantung pertahanan Brasil, Thiago Silva dan Marquinhos, begitu padu dan kokoh. Dan, kalau pun lolos, masih ada kiper Alisson yang sulit diperdaya. Apalagi dengan serangan Argentina yang tak tertata rapi dan hanya mengandalkan imajinasi para pemain lini serang yang mulai putus harapan.

Dan sampai akhir, Messi hanya bisa tertunduk lagi dan merelakan perginya peluang kejayaan. Brazil menuju final Copa America 2019 di rumah sendiri sembari menanti siapa lawan mereka, apakah Peru atau Cile.

Peluit panjang memang sudah dibunyikan wasit Roddy Zambrano dari Ekuador. Tapi bagi Messi dan harapannya, masih ada Copa America 2020 atau Piala Dunia 2022. Tenang, sangkakala belum ditiupkan untuk karirmu yang cemerlang itu. (JPG/magang-ulfah)