25 radar bogor

Dzhalilov Makin Efektif Sebagai Mezzala

KREATIF: Gelandang Persebaya Surabaya Manuchekhr Dzhalilov beraksi melawan Borneo FC di Stadion Segiri, Samarinda, pada lanjutan Liga 1 2019 tadi malam (23/6). Dia bermain sangat baik dengan mencetak dua assist. (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Persebaya Surabaya akhirnya menghentikan rentetan buruk, gagal meraih kemenangan dalam enam pertandingan beruntun. Kemarin sore (23/6), bertandang ke Stadion Segiri, Samarinda, Green Force berhasil mengalahkan tuan rumah Borneo FC dengan skor tipis 2-1.

Manucher Dzhalilov menjadi bintang utama kemenangan Persebaya. Dia memberikan dua assist pada gol yang dicetak full back kiri Ruben Sanadi pada menit ke-41 dan Oktafianus ‘’Ovan’’ Fernando di menit ke-71.

Kemenangan pada laga keempat Persebaya di Liga 1 2019 tersebut memang tidak berpengaruh signifikan di klasemen sementara. Persebaya masih berada di peringkat 10 dengan koleksi lima poin. Namun, tiga angka di markas Borneo ini, bisa menjadi momentum kebangkitan.

Posisi pelatih Djadjang Nurdjaman yang sebelum laga berada di ujung tanduk, sekarang jelas cukup aman. Namun, karena pelatih tim sepak bola adalah salah satu pekerjaan paling beresiko di dunia, maka ‘’tingkat keamanan’’ tersebut tentu saja cuma berlaku sementara.

Pada pertandingan kemarin, Djanur, begitu Djadjang Nurdjaman biasa dipanggil, masih tetap memakai formasi dasar 4-3-3. Sama persis dengan skema yang digunakan Mario Gomez di Borneo FC. Namun, berbeda saat ditahan imbang Madura United pada leg pertama perempat final Piala Indonesia (19/6), Djanur tidak memainkan penyerang tengah Amido Balde sebagai starter.

Djanur menempatkan Osvaldo Haay di tengah, menemani Dzhalilov dan Ovan pada kompartemen penyerangan. Pilihan Djanur ini ternyata sangat tepat. Taktik ini ternyata sangat cocok. Sebab, sejak awal pertandingan, Mario Gomez memainkan garis pertahanan tinggi dengan melakukan pressing jauh di depan.

Secara cerdik, Persebaya memilih menunggu pemain Borneo melakukan kesalahan-kesalahan kecil untuk kemudian menyerang dengan cepat, langsung ke pusat pertahanan lawan.

Pertandingan baru berjalan delapan menit, Dzhalilov yang melakukan akselerasi tinggi dijatuhkan bek Borneo asal Uzbekistan Javlon Guseynov di kotak terlarang. Namun, wasit Oki Dwi Putra tidak memberikan penalti kepada Persebaya.

Manuver Dzhalilov tersebut seakan menjadi pertanda bahwa Persebaya memilih bereaksi dengan melakukan sengatan-sengatan kilat. Jadi, memaksa mengontrol permainan bukan menjadi opsi. Tidak adanya Balde membuat alur bola ke depan sangat lancar. Poros Hansamu Yama-M.Hidayat-Damian Lizio sangat solid karena mampu secara terampil mengalirkan bola daerah yang menusuk.

Bagi saya, yang unik dari skema Persebaya adalah posisi Dzhalilov. Dalam istilah Italia, peran pemain asal Tajikistan tersebut dikenal dengan nama mezzala alias half-winger. Dzhalilov berfungsi sebagai bunglon untuk mengisi area kosong antara lini tengah dan depan.

Posisi ini sangat cocok dengan Dzhalilov. Dia tidak secepat Ovan atau Irfan Jaya, tetapi pemain 28 tahun tersebut memiliki skill yang sangat baik. Kepalanya memang tidak sering digunakan untuk menanduk bola. Jadi, Dzhalilov memakainya untuk membaca arah permainan.

Dari data statistik hasil kerjasama Jawa Pos dan Statoskop, Borneo memang lebih banyak menembak yakni 20 kali. Bandingkan dengan Persebaya yang hanya delapan kali melakukan tendangan ke arah gawang.

Namun, mayoritas, upaya Borneo hanya spekulatif dengan mengandalkan kekuatan fisik. Borneo tujuh kali melakukan tembakan akurat ke arah gawang. Namun, peluang emas mereka hanya satu yakni tendangan bebas Renan Silva pada menit ke-34. Sepakan Silva sangat baik. Tetapi kiper Persebaya Miswar Saputra yang kembali tampil solid malam ini, berhasil menepisnya dengan aksi tak kalah brilian. Bola lantas membentur mistar gawang dan musnahlah peluang Borneo.

Di sisi lain, walaupun punya lebih sedikit kans, peluang Persebaya dibangun dengan skema yang jauh lebih rapi. Pada babak pertama saja, dua kali Osvaldo berada dalam situasi sendirian di kotak penalti musuh.

Namun, upayanya mengirimkan umpan ke tengah selalu kandas. Gol Ruben Sanadi juga dikreasi dengan skema yang sama. Dzhalilov menusuk ke tengah lalu memberikan umpan daerah kepada Sanadi yang datang dari kiri-belakang. Dalam kondisi sangat bebas, Sanadi gampang menaklukkan penjaga gawang Borneo Nadeo Argawinata.

Pada menit ke-67, Mario Gomez memasukkan striker putra daerah Lerby Eliandry untuk menggantikan winger cepat Ambrizal Umanailo. Namun, tetap saja Borneo gagal mengurai pertahanan rapat Persebaya. Malah, tiga menit setelah Lerby masuk, melalui aksi individual ciamik, Dzhalilov bisa mengirimkan umpan tepat di muka gawang dan langsung dihajar Ovan tanpa ampun menjadi gol kedua.

Unggul 2-0, konsentrasi pemain Persebaya mulai melemah terutama tujuh atau delapan menit sebelum waktu normal habis. Salah satu alasannya karena bek tengah utama Hansamu Yama dan gelandang bertahan M. Hidayat ditarik keluar karena mengalami cedera.

Winger lincah Borneo Terens Puhiri berhasil memanfaatkan kesalahan bek tengah Mokhamad Syaifudin untuk mencetak gol pada menit ke-89. Namun, waktu sudah sangat mepet. Tempo empat menit tambahan waktu tidak cukup bagi Borneo untuk menyamakan kedudukan.

Hasil ini menjadi bekal sangat positif bagi Persebaya yang akan melakoni leg kedua Piala Indonesia di kandang Madura United, 27 Juni mendatang. Suasana tegang tentu sedikit mencair. Dan Djanur, tentu saja bisa agak lebih rileks memikirkan taktik terbaik. (JPG/ulfah-magang)