25 radar bogor

Jadi Buruan Anak Muda, Penjual Baju Bekas di Kota Bogor Tetap Eksis

BOGOR-RADAR BOGOR,Kebutuhan dalam berbusana sehari-hari tak melulu bicara soal baru, tetapi ada pula pasar sendiri bagi yang sudah second alias bekas.

Sebut saja baju bekas, yang hingga kini popularitasnya tak kunjung surut dan masih menjadi incaran bagi sebagian orang. Faktanya, di Kota Bogor para penjual pakaian bekas masih eksis dikunjunjungi para pecinta pakaian import.

Tentu ada beragam alasan mengapa baju bekas masih banyak diburu. Selain dengan harga miring, pembeli yang jeli dalam ‘menjelajah’ segudang pilihan bakal mendapat pakaian dari merek ternama dan berkualitas cukup baik.

Apa lagi, tak sedikit pula baju bekas vintage yang justru menjadi nilai tambah dan diburu anak muda untuk menunjang penampilan.

Di Kota Bogor ternyata masih dapat ditemukan beberapa toko atau outlet yang menjual produk-produk keluaran negeri sebrang.

Beberapa toko yang masih produktif menjual pakaian import tersebut dapat ditemukan dibeberapa lokasi, semisal di dekat terminal Bubulak, terminal Laladon, Jalan Keradenan, Pasar Merdeka atau PGB, Pasar Bogor hingga di kawasan Jalan Raya Tajur.

Dari beberapa lokasi yang disambangi, nampak beberapa kaula muda yang sedang asyik memilah pakaian buruannya.

“Saya sengaja kesini, karena ingin mencari produk kaos dickies, keluaran texas,” singkat Valdo (24), salah satu pengunjung yang sedang mengincar buruannya di salah satu penjual pakaian import di Jalan Raya Tajur, kemarin.

Bisnis pakaian bekas tidak hanya ada di Indonesia. Di sejumlah negara, bisnis baju bekas juga berkembang dengan baik. Di Indonesia bisnis ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun yang lalu. Ini dikarenakan ada permintaan dan penawaran. ”

Baju bekas Bos, begitu istilah lazim didengar bagi para pemburu pakaian bekas”, pemburunya pun tak hanya dari kelas bawah, tapi juga kelas atas.

Rata-rata harga yang ditawarkan disetiap toko beragam dan memang tak terlalu merogoh kocek terlalu besar.

Dengan mengeluarkan uang dibawah Rp 100 ribu, para pemburu pakaian bekas bisa merasa puas. Lantaran dengan harga yang terjangkau, tetapi bisa mendapatkan produk yang pada dasarnya harga aselinya jauh dari penawaran. Tak ayal bisnis ini memliki pasarnya sendiri.

Semisal, harga yang paling ketara yaitu, kemeja Tommy Hilfiger. Dengan kondisi 80 persen dengan kondisi masih bagus, cuma dibanderol Rp 30 ribu.

Seperti juga jacket Outdoor merek The North Face, harganya bisa dinegosiasi, paling bisa diperoleh dengan membayar Rp80 ribu. Padahal jika beli ditempat aslinya, harganya bisa mencapai jutaan. Tentunya harga itu bukan barang baru melainkan barang bekas pakai tetapi kondisinya masih layak pakai.

Ketika menyambangi salah satu ruko di komplek Pusat Grosir Bogor (PGB) Merdeka, pemilik toko, Hendri mengaku, dirinya sudah menjalankan bisnis berjualan pakaian bekas sejak 1998.

Ia menuturkan, dalam berbisnis yang sudah dijalankan selama 21 tahun tak sedikit pengalaman yang didapat. Seperti rumor yang belakangan ini sempat beredar di pemerintah maupun media sosial. Yang menyatakan bahwa produk sejenis yang dijualnya merupakan barang yang dipenuhi bakteri dan lain-lain.

Namun, lanjut Hendri, seiring berjalannya waktu bisnis yang digelutinya saat ini masih tetap bertahan hingga sekarang. Dan dirinya tidak ambil pusing terkait isu yang beredar di mata masyarakat, yang dirasanya hanya akan membuat motivasi usahanya jatuh.

“Banyak pengalaman dan pelajaran ketika saya menjalankan bisnis ini, semua sudah saya lalui, tapi pada kenyataannya semua kembali kepada masyarakat. Faktanya tak sedikit orang-orang dari kalangan bawah hingga yang berkelas berdatangan. Alasannya satu, mereka masih butuh kami,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.

Bahkan, sambungnya, para konsumennya kerap kali memintanya untuk menyediakan beberapa produk yang akan diburu untuk dijual ditempatnya. Hendri, mengatakan konsumen yang berbelanja di tokonya rata-rata merupakan orang-orang yang memang mengetahui produk-produk kelas parlente. Sehingga, secara terus menerus menghidupkan perputaran roda bisnisnya.

Lebih dalam, guna mempertahankan bisnisnya, Hendri tak sembarang dalam memilih produk yang akan dipasarkannya. Hal itu dilakukan agar tetap menjaga eksistensi tokonya dalam menjaga kepercayaan konsumen dan pelanggannya.

Produk yang didatangkannya rata-rata merupakan produk yang berasal dari Jepang, China, Taiwan dan Korea. Karena kata dia, permintaan dari konsumennya banyak yang meminta produk dari negara itu.

“Intinya selama menjalankan bisnis ini, saya enjoy dan alhamdulillah tidak pernah mendapatkan keluhan dari para konsumen. Karena mungkin selain dari sisi harga yang terjangkau, alasan utama dari para pelanggan adalah kualitas yang lebih baik dari setiap produknya,” jelas pemilik toko Megah Raya tersebut. (cr2/c/ysp)