25 radar bogor

Kisah Hijrah N Habibi Hasibuan, Narkoba Membuat Berani Menjambret

Habibi bersama keluarga tercinta yang selalu mendukungnya.
Habibi bersama keluarga tercinta yang selalu mendukungnya.

MENEMPUH pendidikan di pondok pesantren, tak lantas membuat N. Habibi Hasibuan (30) jauh dari obat-obatan terlarang. Justru di pesantren lah, saat Habibi duduk di bangku Tsanawiyah tahun 2001, ia mengenal THC atau ganja dari salah satu kerabatnya asal Aceh.

Kecanduannya dengan ganja berlangsung lebih dari satu tahun. Sebelumnya, Habibi mengaku hanya mengenal ganja, namun tidak tahu seperti apa bentuk maupun rasanya.

“Yang saya rasakan pertama kali memakai ganja, sempoyongan, keringat dingin dan muka pucat. Awalnya karena hanya rasa ingin tahu yang tinggi seperti apa rasanya,” katanya.

Naik tingkat di bangku SMA, kata Habibi, dirinya mulai mengenal alkohol dan sabu. Lantaran pergaulan yang tidak sehat dan sangat mudah mendapatkan barang-barang haram tersebut, lantas membuat Habibi mengonsumsi ketiga barang tersebut.

“Alkohol, ganja dan sabu. Kecanduan saya dengan tiga barang haram tersebut terus berlangsung selama SMA, dan diperparah saat masuk kuliah,” kata dia lagi.

Di bangku kuliah, kata Habibi, orang tua nya mulai mengetahuinya menggunakan narkoba. Alhasil, orang tua Habibi pun tak henti-hentinya menasehati dan melarang Habibi menggunakan narkoba.

“Tapi saya tidak pernah menghiraukan perkataan mereka, hanya saya anggap angin lalu saja,” papar anak ke – 4 dari 5 bersaudara ini.

Tak tanggung-tanggung, saat di bangku kuliah, tidak hanya menjadi pengguna, Habibi mulai menjadi penjual narkoba dengan harapan bisa lepas dan mendapatkan uang. Namun bukannya lepas, malah narkoba yang akan dijualnya dikonsumsi sendiri.

“Lambat laun penggunaan narkoba mulai enggak karuan. Saya pun mulai berani mencuri, menjambret hinga menodong orang-orang untuk memenuhi kebutuhan narkoba saya. Hasil uang yang saya dapatkan, dipakai untuk hura-hura,” papar dia lagi.

Saat masih kuliah, kata Habibi lagi, orang tuanya pun menuntut agar Habibi segera menyelesaikan perkuliahan. Namun, lantaran banyaknya mata kuliah yang tertinggal, Habibi baru bisa menyelesaikan selama 6,5 tahun.

“Saya merasa itu berkat doa dari orang tua yang tidak hent-hentinya. Selesai kuliah saya mencoba peruntungan menjadi guru olahraga honor di Tsanawiyah, Aliyah, SMK dan Kebidanan hampir dua tahun lamanya, hingga akhirnya diberhentikan secara tidak hormat karena ketahuan menggunakan narkoba,” bebernya.

Hidup Habibi pun semakin tidak tentu arah, masalah demi masalah terus berdatangan dan hanya keputus asaan yang tertinggal. Semua permasalahn tersebut nyatanya terjadi karena kebutuhan Habibi akan narkoba yang harus dipenuhi. “Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjalani rehabilitasi pada 2016,” urainya.

Di dalam panti rehabilitasi, kata Habibi, dia mendapatkan seorang konselor yang sangat membimbing agar bisa hijrah dan lepas dari narkoba. Setelah keluar dari rehabilitasi dan pasca rehabilitasi, ia pun mulai menata kembali kehidupannya.

“Saya sekolah dan tertarik bergabung dalam dunia rehabilitasi dengan tujuan bisa menjaga pemulihan dan membantu teman-teman yang punya masalah sama seperti saya, yaitu narkoba. Kini saya bekerja di Yayasan Lentera Harapan Nusantara (Lapan) sebagai Program Manajer,” tandasnya. (wil/c)