25 radar bogor

Tak Lagi Sekadar Tempat Belanja, Hongkong Seriusi Wisata Halal (2-Habis)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Masih banyak yang harus Hongkong benahi untuk membuat turis-turis muslim nyaman. Selain makanan, kebutuhan akan air juga esensial. Terutama di toilet umum.

SUDAH lewat azan Asar saat Gitario Vis ta Inasis menanyakan musala kepada Cherry Lee. Perempuan ber kacamata yang merupakan public affairs officer Ocean Park Hong Kong itu hanya mengangkat alis. ”Apa itu (musala, Red)?” tanya dia Selasa (7/5). Rio lantas memberikan penjelasan tentang musala. Kepada Cherry, Rio mengata kan bahwa yang dia perlukan adalah ruangan yang bersih dan bisa di gunakan untuk salat.

Cherry paham. Dia lantas menawarkan ruangan kosong yang bisa digunakan untuk salat. Letaknya dekat pintu masuk. ”Ada toilet di dekat situ?” tanya Ashari Arief Permadi, teman Rio yang sama-sama datang dari Jakarta. Cherry menggeleng. Toilet, papar dia, berada di luar gedung yang ada ruangan salatnya itu. Jauh. Rio dan Arief pun terpaksa mengurungkan niat mereka untuk menunaikan salat Asar.

Pengalaman Selasa itu hanya sebagian dari kisah turis muslim yang sulit beribadah saat berwisata di Hongkong. Tapi, Martin Gwee Yu Hui, marketing manager Hong Kong Tourism Board (HKTB), berjanji mencukupi kebutuhan tersebut. Mengingat pertumbuhan wisatawan Indonesia yang subur belakangan ini.

Kendati demikian, volume turis Indonesia masih kalah banyak jika dibandingkan dengan wisatawan dari negara Asia Tenggara lainnya. ”Filipina paling banyak,” kata Andrew H.C. Yeung, senior manager promotions & adver tise ments Harbour City, Kamis malam (9/5).

Wisatawan dari Filipina Maret lalu mencapai 217.239 orang. Pada bulan yang sama, turis Indonesia tercatat sebanyak 101.352 orang. Secara berurutan, tiga negara pemasok wisatawan terbanyak ke Hongkong adalah Tiongkok (mainland), Taiwan, dan Jepang.

Sebagai mitra HKTB, pusat perbelanjaan Harbour City yang selalu menjadi jujukan wisatawan penghobi shopping pun sedikit banyak belajar tentang konsep halal. ”Kami sering berkeliling negara-negara Asia Tenggara. Kami juga sedang merancang ruang ibadah untuk umat muslim di pusat perbelanjaan,” kata Andrew di sela jamuan makan.

Selama ini, Andrew memahami musala sebagai tempat untuk berdoa saja. Seperti Cherry di Ocean Park Hong Kong. Karena itu, Harbour City pun tidak menyediakan toilet atau tempat wudu di dekat ruang doa. ”Itu pengetahuan baru untuk kami. Nanti kami juga menyediakan toilet yang ada airnya,” lanjut penyuka sneakers tersebut.

Di Hongkong, seluruh toilet umum adalah toilet kering. Tidak ada air untuk membasuh. Itu tentu menyulitkan turis muslim yang mutlak memerlukan air untuk membersihkan diri. ”Kami sedang belajar. Tapi, pasti kami akan mengakomodasi kebutuhan itu,” ungkap Karen K.Y. Tam, assistant general manager Wharf Estates Limited.

Wharf adalah pemilik Harbour City. Karen mengatakan, beberapa tahun terakhir pihaknya bekerja sama dengan HKTB dalam program wisata halal. Dalam program khusus itu, wisatawan dari negara-negara muslim diajak berkeliling Hongkong dan Makau untuk mengunjungi masjid dan kawasan muslim.

Pada momentum itu, tentu para wisatawan akan dibawa ke tempat-tempat makan yang halal. Entah ada logo halalnya atau tidak. ”Setahun satu atau dua kali,” kata Carolus, pemandu wisata HKTB, tentang frekuensi program wisata halal tersebut.

Namun, seiring meningkatnya arus wisatawan muslim ke Hongkong, HKTB pun menjadi lebih serius dalam menggodok konsep halal. ”Turis Indonesia mulai menikmati Hongkong sebagai tempat wisata. Bukan tempat berbelanja saja. Rasanya, sentuhan halal harus lebih dipertegas,” tandas Andrew.

Dia tidak mau melewatkan begitu saja potensi pasar Indonesia di Hongkong. Dia yakin, restoran halal, musala, dan toilet berair bisa memaksimalkan potensi tersebut.(JPG/magang-Dilah)