25 radar bogor

Profesor Ini Blak-Blakan Blak-blakan Sumber Angka 62 Persen Prabowo-Sandi

Capres 02, Prabowo Subianto

JAKARTA-RADAR BOGOR,Klaim angka 62 persen kemenangan pasangan Prabowo-Sandi ‎terus menjadi pro dan kontra. Banyak pihak mempertanyakan hal itu. Tak terkecuali Tim Kampanye Nasoional (TKN) Jokowi – Ma’ruf yang meminta Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi buka-bukaan soal asal-usul angka itu.

Bahkan, politikus Partai Demokrat, Andi Arief lewat akun Twitter miliknya @AndiArief_ beberapa waktu lalu menyebut adanya ‘setan gundul’ yang memberi informasi sesat soal kemenangan 62 persen Prabowo.

Beberapa waktu lalu juga, sempat calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 02 Sandiaga Uno mengaku tidak tahu menau soal angka 62 persen yang selama ini menjadi bahan rujukan Prabowo itu.

“‎Apakah relevan atau tidak. Tapi informasi itu kan yang bawa kepercayaan Pak Prabowo yang diberikan pada malam itu (pada 17 April),” ujar Sandiaga beberapa waktu lalu.

Selang beberapa hari, akhirnya rujukan angka 62 persen diketahui juga. Hal ini terungkap lewat Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Vasco Ruseimy dalam akun YouTube Macan Idealis.

Dalam video YouTube yang berjudul ‘GEGER!! Prabowo Menang, BPN 02 Blak-Blakan Buka Data Kemenangan’ ini sudah ditonton sebanyak 377 ribu. Di video tersebut Vasco Ruseimy tampak menggelar obrolan santai bersama Anggota BPN Prabowo-Sandi‎, Profesor Laode Masihu Kamaluddin.

Laode dalam video tersebut mengatakan, data yang menjadi rujukan Prabowo Subianto adalah valid. Tidak mungkin mantan Danjen Kopassus ini berbicara ke publik menggunakan data paslu.

“Saya kira, apa diucapkan oleh Prabowo Sandi itu disupplay dengan data-data valid,” ujar Laode dalam video tersebut.

Menurut Laode, angka rujukan 62 persen itu adalah data vaid yang diinput melalalui pesan singkat alias SMS dari para relawan, satgas dan dari gerbong emak-emak juga.

“Misalnya 62 persen dari mana‎. Itu buat kami sudah dari jauh hari kita pakai sistem SMS saja. Jadi setiap yang telah mencoblos itu kemudian keluar C1-nya langsung saja dikirim. Ini sistem yang cepat sekali,” katanya.

‎Oleh sebab itu, Laode mengaku, pihaknya sudah memiliki data yang cukup lengkap hasil dari Pilpres 2019. Itu berkat bantuan dari saksi, relawan satgas, satgas sekber, dan emak-emak. Bahkan data yang dikumpulkan sudah tembus di angka satu juta lebih.

“Jadi orang yang mengumpulan itu lebih dari satu juta. Dan Jangan lupa, DPT kan cuma 800 ribuan. Orang mengirim kan satu TPS bisa dikirim 2-3 orang. Mereka begitu antusias, jadi yang terkumpul itu 1.250.000 juta,” katanya.

Lebih lanjut, Laode juga menjelaskan, saat bertemu dengan pewarta dari media asing Prabowo Subianto juga akhirnya membuka data angka 62 persen tersebut. Kala itu Prabowo berbicara mengenai kecurangan Pemilu 2019 yang begitu banyak. Di sela-sela itu Prabowo melihatkan data-data kecurangan dan juga data hitungan dirinya menang 62 persen.

‎”Saat itu dilakukan tanya jawab, (Prabowo berbicara) kalau anda tidak percaya. Saya akan memperlihatkan bagaimana kami mengolah data. Dan mereka (media asing) kaget cukup lengkap,” katanya.

Ia mengklaim, angka ini berasal dari penghitungan real count yang dilakukan internalnya dan sumbernya berasal dari 320.000 tempat pemungutan suara (TPS).

‎Lantas apakah sebenarnya bisa penyampaikan data lewat SMS?

Dosen Statistik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Haryatmi Kartiko mengatakan, ‎pengumpulan data metodenya bisa menggunakan apa saja. Termasuk menggunakan SMS seperti yang dilakukan oleh Prabowo Subianto.

Menurut Sri, saat ini adalah data yang dikirimkan oleh SMS tersebut bisa dipertanggung jawabkan, dan sesuai dengan angka yang ada di tempat pemungutan suara (TPS).

“Oh bisa saja, kalau memang isinya itu yang sesungguhnya. Karena metodenya juga bisa macam-macam. Bisa juga menggunakan SMS asalkan itu valid,” kata Sri.

Terpisah, Guru Besar Statistik‎ dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Asep Saefudin mengatakan, saat ini yang perlu diketahui adalah soal metodologi apa yang digunakan oleh BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Apakah metodologi itu berbasis sampling atau kah sensus. Apalagi Prabowo mengklaim menang beberapa jam setelah Pilpres dilakukan.

“Karena bila sampling harus ada sampling metodologinya. Kemudian bila sensus tentu harus semua titik TPS. Jadi sulit didapat informasi lengkap dalam waktu dekat yang hanya beberapa jam setelah pencoblosan,” ungkap Asep.

Lantas, siapa sebenarnya Laode Masihu Kamaludin, dia adalah seorang akademisi yang juga menjabat sebagai Anggota BPN Prabowo Sandi.

‎Laode Masihu Kamaluddin adalah anggota MPR utusan dari daerah Sulawesi Tenggara (1993 – 1997 dan 1999 – 2004) dan Anggota DPR (1997 – 1999 dilanjutkan 2004 – 2009) dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Alumnus FMIPA Jurusan Kimia dari Universitas Padjajaran ini juga menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Perikanan Unhalu, Kendari dari tahun 2007 hingga sekarang. Selain itu ia juga Guru Besar dari Fakultas Ekonomi Unisba, Bandung (2007 – sekarang), Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (1998 – sekarang). Laode pun ternyata adalah Rektor dari Unissula, Semarang, Jawa Tengah.

Pemegang dua gelar Master dan satu Doktor dari Iowa State University, Amerika Serikat ini juga beberapa kali bertindak selaku anggota DPR dan MPR RI. Di samping itu, Kamaluddin juga tercatat memegang hak cipta atas dua karya ilmiah.

Pada Juni 2012, Laode juga pernah dipanggil kepolisian sebagai saksi terkait kasus dugaan pemalsuan ijazah dan nilai beberapa mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung.