25 radar bogor

Geger! Rizal Ramli Cerita Soal Pemimpin Legawa

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli (Charlie/Indopos/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Rizal Ramli, mantan menteri era Presiden Abdurrahman Wahid, berbicara tentang para pemimpin bangsa yang legawa. Dia melihat sikap presiden dari Soekarno hingga Gus Dur yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat.

“Pendahulu bangsa ini sudah banyak memberikan contoh sikapnya yang mengutamakan rakyat. Mulai dari Soekarno hingga Gus Dur,” ungkap Rizal Ramli, Minggu (12/5).

Dia mengurai lebih jauh. Soekarno sebagai presiden pertama republik ini memilih legawa mundur dari singgasana saat masyarakat telah terbelah antara pro dan kontra terhadap Sang Proklamator itu.

Terutama pasca meletusnya Gerakan 30 September. Ketika itu ada sikap mosi tidak percaya dari publik. Tapi ketika itu dia masih memiliki kekuasaan. Sebab militer masih banyak mendukung Soekarno. Angkatan Laut sama dia, Angkatan Udara sama dia, Angkatan Darat masih banyak yang loyal sama dia, rakyat biasa juga banyak yang sangat loyal sama Bung Karno,” tutur mantan menko Kemaritiman itu.

Begitu juga dengan sikap presiden kedua RI Soeharto. Ai akhir masa kepemimpinan, dia menyadari bahwa rakyat sudah tak lagi menghendakinya untuk berkuasa. Memang kesadaran itu muncul saat terjadi huru-hara di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta pada Mei 1998. Meski berkuasa dan ABRI masih di bawah kendalinya, Soeharto memilih legawa dan mundur dari jabatannya sebagai presiden.

“Soeharto waktu pulang dari Mesir, situasi di Indonesia sudah karut marut. Lalu, dia bertanya pada Wiranto yang kala itu menjabat sebagai Pangab soal situasi yang sudah chaos. Pak Wiranto memastikan kalau ABRI bisa all out, tapi korban dari rakyat banyak banget. Pak Harto-pun akhirnya memilih untuk mundur dan situasi di Indonesia-pun kondusif,” ungkap Rizal Ramli.

Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Presiden ke-3 BJ Habibie. Menurut Rizal, perancang pesawat N-250 tersebut menyadari bahwa rakyat tak menghendakinya memimpin Indonesia. Hal itu didasari oleh demontrasi dari kalangan masyarakat seolah-olah tak ada hentinya.

“Kalau dia (Habibie, red) ikut di pemilihan presiden, bisa saja dia menang. Tapi, dia tahu, habis itu dia akan didemonstrasi terus. Akhirnya kan Habibie memutuskan tidak mau maju jadi calon presiden,” imbuh Rizal yang pernah berencana ikut berkontestasi Pilpres 2019.

Begitu juga dengan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dia mengisahkan kondisi yang dialami mantan Ketua Umum PBNU itu di-impeach oleh DPR/MPR sehingga membuat para Nahdliyin geram dan berencana bergerak ke Jakarta untuk mengamankan posisi Gus Dur. “Tapi, dia (Gus Dur) yang nelpon NU di seluruh Indonesia, Banser, dan GP Ansor supaya jangan ngirim orang ke Jakarta. Dia nggak mau korban berjatuhan dari rakyat,” ungkap Rizal.

Untuk itu Rizal kembali mengingatkan bahwa pemimpin Indonesia harus mengutamakan keinginan rakyat ketimbang memenuhi egonya. “Pemimpin hari ini harus belajar dari sejarah. Jangan ngotot, jangan ngeyel. “Dari pemimpin-pemimpin Indonesia sebelumnya, semuanya nrimo. Bahwa ketika waktunya rakyat sudah gak mau, mereka legawa mengundurkan diri. Tidak ngotot karena mereka tahu korbannya rakyat,” tandasnya