25 radar bogor

Tokoh NU dan Imam Istiqlal Besar Ajak Masyarakat Dukung Persatuan Indonesia

JAKARTA-RADAR BOGOR,Imbauan Imam Besar Masjid Istiqlal Profesor KH. Nasaruddin Umar yang mengajak kaum alim ulama untuk tidak berkonflik dan ikut serta menjaga persatuan umat, mendapat sambutan dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Nuril Arifin.

Ulama yang biasa disapa Gus Nuril itu mengaku mendukung penuh pernyataan Kiai Nasaruddin, yang menyebutkan bahwa alim ulama sebaiknya tidak ikut memperkeruh keadaan apalagi sampai hujat menghujat.

“Karena dikhawatirkan hanya akan memecah belah umat. Kalaupun ada persoalan, sebaiknya tegurlah dengan menggunakan cara-cara yang baik,” kata Gus Nuril dalam keterangan tertulisnya pada JawaPos.com (5/5).

Apalagi, lanjut Gus Nuril, saat ini, umat Islam di dunia sedang menjalankan ibadah bulan Ramadan. Karena itu sebaiknya semua elit politik menahan diri dan stop membicarakan politik kekuasaan dan fokus mencari berkah.

“Sudah cukup selama 11 bulan kita sibuk dengan politik, dengan duniawi. Sekarang saatnya kita menjadi kepompong selama bulan Ramadan,” katanya.

Lebih lanjut, Gus Nuril juga mengajak seluruh para pendukung kontestan pemilu, baik itu pendukung capres – cawapres maupun caleg, agar menanggalkan semua atribut dukungan dan kembali kepada komitmen awal sebagai warga bangsa Indonesia. Sebab, konflik politik yang cuma datang lima tahun sekali ini tak ada artinya dengan perjalanan bangsa Indonesia selama puluhan tahun.

“Pemilu sudah selesai. Sekarang tidak ada lagi 01, 02, yang ada yaitu 03. Persatuan Indonesia. Petani kembali bertani, pedagang kembali berdagang, semuanya kembali kepada fitrahnya sebagai warga bangsa,” katanya.

Gus Nuril juga tak setuju dengan upaya sejumlah pihak untuk mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Bagaimanapun, kata dia, KPU adalah penyelenggara yang yang sah dan saat ini masih sedang bekerja menyelesaikan rekapitulasi suara.

“Sebaiknya semua pihak menunggu KPU. Kalaupun ada kesalahan dari penyelenggara pemilu itu, masyarakat bisa menempuh cara-cara konstitusional. Jika ada konflik, maka bisa diserahkan ke MK. Ikuti prosedur itu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Nasaruddin mengatakan, tugas ulama tidak hanya memahami kitabullah. Tapi juga kalamullah. Ulama seharusnya mampu menempuh cara terbaik dalam setiap dinamika negara. Jika ada persoalan, mereka akan langsung menegur dengan menggunakan cara-cara yang baik

“Ulama di masa lalu bahkan kerap berkirim surat dengan penguasa untuk mengingatkan pemimpin tanpa mempermalukannya di depan rakyat,” ujar ulama kelahiran Bone, Sulawesi Selatan tersebut.

Kerendahan hati, kata Nasaruddin, adalah perhiasan seorang ulama. Bahkan ulama dengan kemampuan menafsir Alquran paling bagus pun tetap harus berpikir bahwa dia bisa saja salah. Karena ulama pun tak diperkenankan mengunggulkan dirinya sendiri.

“Mereka menyelesaikan persoalan tanpa menepuk dada,” katanya.