25 radar bogor

Bangun Tingkat Kesadaran Penderita Hipertensi

Peserta seminar PAPDI Kota Bogor mengikuti senam sehat di Balai Kota, Sabtu (4/5).

BOGOR–RADAR BOGOR, Hipertensi salah satu silent killer dan pembunuh nomor wahid di Indonesia. Sayangnya, masyarakat hingga saat ini masih banyak yang menganggap hipertensi penyakit yang biasa dan dibiarkan.

Hal ini yang menjadi fokus diskusi atau seminar Awam dan Senam Massal yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Cabang Kota Bogor, dalam memperingati Hari Kesehatan Sedunia.

Memulai kegiatan dengan senam massal yang diikuti sebanyak 540 peserta dari berbagai praktisi kesehatan, acara yang digelar di Balaikota dan Gedung Kemuning Gading, Sabtu (4/5) kemarin, dilanjutkan dengan seminar dengan tema Hipertensi dan Diabetes. Kegiatan pun ditutup dengan konsultasi sekaligus pemeriksaan kesehatan.

“Ini merupakan acara kedua yang digelar PAPDI, melibatkan dokter hingga perawat beberapa rumah sakit di Kota Bogor,” urai Ketua Panitia Seminar Awam dan Senam Massal PAPDI Cabang Kota Bogor, Yeti Hariyati.

Yeti melanjutkan, dalam seminar awam, Hipertensi dan Diabetes dipilih lantaran kedua penyakit tersebut saling berkaitan. Menurut Yeti, banyak pasien yang positif hipertensi tetapi tidak sadar dengan hipertensi yang dimiliki, padahal hipertensi adalah silent killer dan merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia.

“Terkait dengan komplikasinya, mulai dari struk, gagal jantung, bisa juga gagal ginjal. Dari hasil hemodialisa kan setiap rumah sakit ada cuci darah hampir 80 persen pasiennya hipertensi,” tuturnya.

Yeti menegaskan, jika penderita Hipertensi sadar akan penyakitnya, berobat teratur, menerapkan gaya hidup sehat yang mendukung agar tensinya stabil, maka bisa meminimalisir komplikasi.

“Sebenarnya dari survei secara Internasional cukup mencengangkan, dari penelitian terkait hipertensi, misalkan yang terdeteksi Hipertensi di dunia baru 30 persen, dan yang sadar akan penyakitnya hanya 10 persen. Jadi memang tingkat kesadaran perlu dibangun,” ungkapnya.

Dia menilai, memang, tingkat kesadaran rendah lantaran pada beberapa pasien kondisi Hipertensi tidak bergejala, sehingga tidak menjaga pola makan dengan diet rendah garam dan sebagainya.

“Penderita Hipertensi murni tanpa Diabetes, mungkin angka kesakitan tidak seberat jika bersamaan dengan Diabetes yang bisa mencapai 50 persen dibanding Hipertensi tunggal,” pungkasnya.

Meningkatnya penderita Hipertensi dan Diabetes terlihat dari jumlah peserta yang memeriksakan kesehatannya, sambung Yeti, dari 540 peserta, 220 diantaranya positif Hipertensi.

“Cari siapa yang memang punya Hipertensi dan Diabetes. Ada sekitar 220 dari 540, dilihat dari pemeriksaan gula darah dan konsultasi penyakit dalam, melibatkan dokter dan perawat. Menanyakan berdasarkan riwayat penyakit,” katanya.

Dengan banyaknya penderita Hipertensi dan Diabetes, Yeti pun berharap, seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Kota Bogor selalu mengedepankan, bahwa kesehatan sangat penting.

“Terutama di keluarganya yang ada riwayat Hipertensi dan Diabetes, karena memang diturunkan secara genetik maka diharapkan mengecek kesehatan secara berkala, 2-3 bulan sekali. Aware dengan tubuhnya dan jangan lupa pola hidup sehat diterapkan serta makan secukupnya,” tandasnya. (wil/c)