25 radar bogor

Geliat Energi Terbarukan Kendalikan Perubahan Iklim

Ilustrasi

BOGOR-RADAR BOGOR, Menurut data dari Badan Energi Terbarukan Internasional yang dilansir kompas.com, Indonesia berpotensi untuk menghasilkan 716 GW energi dari solar photovoltaic (solar PV), hydropower, bioenergi, geotermal, tenaga gelombang laut, dan angin.

Namun kekayaan energi terbarukan (renewable energy) yang melimpah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.

Penggunaan energi fosil di Indonesia masih mendominasi, yang secara langsung berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer.

Pemerintah dan dunia usaha perlu meningkatkan investasi, riset dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi dan produk energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Hal ini sejalan dengan komitmen sukarela pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), terutama CO2, dari sektor energi sebagai bagian dari upaya global memerangi perubahan iklim.

Guna membangkitkan kesadaran dan meningkatkan pengetahuan akan isu-isu energi terbarukan di Indonesia, maka Climate Communication Forum (CCF) ketiga ini bertemakan “Renewable Energy to Save Earth from Climate Change”.

Forum ini akan diselenggarakan oleh Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) hari Minggu 21 April 2019 jam 09.00-12.00 di CPROCOM, Vila Citra Bantarjati Blok G3 No. 23, Bogor.

Emisi Gas Rumah Kaca Sumbang Perubahan Iklim

Kegiatan CCF diselenggarakan dalam rangka Hari Bumi 22 April yang merupakan momentum bagi warga bumi untuk meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian alam.

Namun saat ini fungsi ekosistem bumi sedang mengalami ancaman serius dari dampak negatif perubahan iklim.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (seperti CO2) akibat aktivitas manusia.

CO2 ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi, sehingga panas tersebut akan tersimpan pada permukaan bumi. Hal ini akan terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi ekosistem alam dan manusia dan menimbulkan dampak–positif maupun negatif–pada hampir semua sektor pembangunan.

Tingkat keparahan dampak bervariasi antar negara dan bersifat lokal, tergantung pada kondisi sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan biofisik.

Dengan demikian, maka pengelolaan perubahan iklim harus mensinergikan upaya mitigasi untuk pengendalian penyebab dan upaya adaptasi untuk manajemen risiko dan manfaat dampak (Bassar, Impron, 2014).

Energi Terbarukan VS Energi Fosil

Sumber utama penghasil emisi CO2 secara global selain pembakaran bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor adalah pembangkit listrik bertenaga batubara.

Menurut Journal of Electrical Tecnology, pembangkit listrik ini membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan.

Energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, enegi yang terbuang adalah 65 unit.

Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton CO2 per tahun.

Namun demikian, pemerintah tengah berupaya serius menggarap sumber-sumber energi terbarukan sebagai salah satu upaya pengurangan emisi CO2.

Hingga saat ini telah banyak dikembangkan pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga angin dan air.

Bahkan sejak tahun 2012, PT. PLN Persero mulai menggarap ratusan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) dengan nilai investasi sekitar 2.500 dolar AS atau Rp 23,3 juta per KwH.

Proyek ini dikerjakan PLN dengan menggandeng pihak swasta. Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) KemenESDM juga telah melakukan penerapan ISO 50001 Energy Management System di industri besar sejak tahun 2014 bekerjasama dengan The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

Sementara Joint Crediting Mechanism (JCM) di bawah koordinasi Kementerian Koordinasi Bidang Ekonomi telah menyelenggarakan berbagai peningkatan kapasitas tentang energi terbarukan sejak tahun 2014.

Dicky Edwin Hindarto yang merupakan Advisor for Indonesia JCM akan mengulas tentang “How Big is Your Carbon Footprint?” pada CCF Minggu 21 April 2019.

Pembicara lain adalah Pandujati (Co-Founder PT. Redmen Baruna Sakti) yang berbicara tentang “Renewable Energy in Indonesia Opportunities and Business Prospect” dan Richaldo Y. Hariandja (Anggota SIEJ) tentang “Media As Catalyst Promoting Renewable Energy.”

“Peran pemuda sangat penting dalam membangun kemandirian energi di Indonesia,” ujar Emilia Bassar, Founder CPROCOM.

Untuk itu, Epri Wahyu Pratiwi (Captain Climate Rangers) akan membahas tentang “Youth in Action on Renewable Energy” di CCF 21 April 2019.

Climate Rangers terdiri dari sekelompok anak muda yang telah melakukan kampanye bebas energi (fossil free) di Indonesia sejak 19 April 2018, dan saat ini sudah berkembang di 12 kota di Indonesia.

Sinergi Berbagai Pihak Dukung Penerapan Energi Terbarukan

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan dan pengembangan energi terbarukan, tentu saja tidak hanya soal kebijakan, akan tetapi dukungan infrastruktur dan gotong royong berbagai pihak terkait (stakeholders).

“Dibutuhkan komitmen, komunikasi dan kolaborasi antar pemerintah, pihak swasta, pelaku bisnis energi, pegiat lingkungan, LSM, jurnalis, dan pemuda untuk terus mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” pungkas Emil.

Upaya-upaya peningkatan kapasitas, public awareness, dan partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan berikutnya.

CCF dapat menjadi ajang komunikasi dan sarana bertukar informasi antar stakeholders untuk turut berpartisipasi dalam upaya implementasi energi terbarukan. (*)

Penulis: Enden Darjatul Ulya dan Emilia Bassar (diolah dari berbagai sumber).