25 radar bogor

Tol Bocimi Sepi Peminat, Dewan Desak Dishub Koordinasi ke Kemenhub

Suasana Tol Bocimi

CIGOMBONG-RADAR BOGOR, DPRD Kabupaten Bogor mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor agar dapat meminimalisir kendaraan ekspedisi melalui jalur Nasional Jalan Raya Ciawi-Cigombong dan lebih memilih Jalur Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

Pengamat Ungkap Penyebab Tol Bocimi tak Diminati Pengendara

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Haikal menjelaskan, harus ada kordinasi dengan Kementrian Perhubungan (Kemenhub), mengingat bahwa status jalur tersebut merupakan jalan nasional.

Menurutnya, sosialisasi keperusahaan yang memiliki armada truk juga harus tetap dilakukan. Setidaknya, diarahkan agar menggunakan tol sebagai alternatif perjalanan mereka. “Ini salah satu upaya yang mungkin bisa dilakukan,” katanya saat dihubungi Radar Bogor, Minggu (14/4/2019).

Wawan juga meminta agar Pemkab Bogor mengajukan permohonan sosialsiasi untuk penetapan aturan pada jalur itu. Jika perlu, kata dia, Polda Jawa Barat turun tangan untuk mensosialisasikan penggunaan jalur Tol Bocimi.

Sedangkan terkait tarif yang mahal sehingga memicu truk memilih melintasi jalan nasional, politisi Golkar itu mengatakan hal yang wajar karena konsekuensi ekonomis.

Menurutnya, menggunakan tol itu dapat mengurangi jarak tempuh. “Bisa lebih cepat. Bahkan 30 menit bisa tiba di tempat tujuan,” ungkapnya.

Sementara itu, keberadaan Tol Bocimi tak lantas menjadi solusi. Sejumlah kendaraan ekspedisi masih memilih jalur nasional ketimbang menggunakan jalur bebas hambatan.

Pengamat Transportasi, Budi Arif mengatakan, ada dua faktor yang akan bisanya dilihat pengusaha untuk melintasi jalan tol yaitu keinginan dan kemampuan untuk membayar tarif tol.

Selain tarif, kata dia, akan melihat waktu tempuh tol dan jalur eksisiting yang menjadi pertimbangan.

“Karena dalam benak masyarakat akan mempertanyakan untuk apa membayar jika waktu tempuh tol sama saja seperti melintasi jalur eksisiting,” ungkapnya.

Budi juga menganalisa pembangunan tol yang berkaitan dengan investasi bagi investor. Ia menambahkan, ada analisis financial yang mengacu pada benefit pengoperasian yang dibagi biaya pembangunan. Hal itu memiliki andil besar menentukan tarif jalan tol.

“Jadi artinya, ada yang namanya ekonomi rekayasa, itu masuk di dalam ranah bisnis plannya. Misalkan Jagorawi itu sudah lama dari tahun 1973, jadi investor sudah balik modal dan hanya mencari keuntungan saja untuk maintenance. Tarifnya juga tidak tinggi, berbeda dengan Tol Bocimi,” tuturnya.(drk/ded)