25 radar bogor

Lima Tahun Pimpin Kota Bogor, Bima Arya Akui Penataan Transportasi Tak Tercapai

BIKIN MACET: Terlihat sejumlah angkot memarkirkan kendaraanya sembarangan di Jalan Kapten Muslihat. Padahal sudah terlihat tanda larangan berhenti di lokasi tersebut.

BOGOR-RADAR BOGOR, Lima tahun sudah, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto dan Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman memimpin Kota Bogor. Tepat 7 April besok, keduanya resmi meninggalkan Balaikota Bogor.

Kemarin (4/4), keduanya pamit kepada seluruh staf dan pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor di Ruang Paseban Sri Bima. Selama lima tahun kepemimpinan Bima – Usmar, banyak catatan penting sebagai evaluasi. Salah satu program prioritas yang tak tercapai adalah penataan transportasi.

Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, catatan penting pada periode pertamanya adalah terkait transportasi. Dia mengaku tak puas pada sektor tersebut. Meski prestasi baik diukir, namun masih banyak catatan.

Khususnya pada program rerouting dan konversi angkutan perkotaan, pembangunan jalur Ring Road (R2), Regional Ring Road (R3) dan Bogor Inner Ring Road (BIRR).

“Harus jujur, saya akui, saya kurang puas di sektor transportasi, menurut saya masih banyak catatan,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Selain itu, Bima juga mengevaluasi bahwa pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Karenanya, di periode kedua nanti, dia akan mengutamakan kebersamaan dalam menjalankan sebuah program. Bukan hanya dengan internal, tetapi juga eksternal Pemkot Bogor. Seperti dengan perguruan tinggi, komunitas dan yang lainnya.

Senada, Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman mengungkapkan, lima tahun terakhir kepemimpinannya bersama Bima Arya, pokok permasalahan di sektor transportasi tak bergerak ke arah yang lebih baik. Padahal itu menjadi prioritas utama.

“Prioritas lima tahun terakhir kami berdua pokok permasalahan di transportasi memang agak ngenes istilahnya, karena memang itu menjadi prioritas utama,” katanya.

Selain rerouting dan konversi angkutan perkotaan yang tak jalan, Usmar juga menilai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak pada sektor transportasi, yaitu Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) yang seharusnya membantu memberikan pelayanan pada masyarakat malah kian terpuruk.

“Lantas seiring sejalan BUMD yang membidangi masalah transportasi yang seharusnya maju malah terpuruk, memang ironis untuk transportasi,” tuturnya.

Baginya, memang transportasi bukan hanya semata pada sarana dan prasarana yang ada. Terpenting adalah kedisiplinan masyarakatnya. Karena itu dia mengapresiasi kinerja Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor yang berhasil meraih penghargaan dari Kementerian tentang keamanan dan kenyamanan berkendara. (gal/c)