25 radar bogor

Waspada! 250 Desa di Bogor Rawan Bencana

BOGOR -RADAR BOGOR, Sebanyak 250 desa di Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mem feringatkan warga untuk selalu waspada. Terutama bagi warga Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua. Sebab dari data BPBD ada 987 rumah yang berdiri di atas lahan yang rawan longsor.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor, Dede Armansyah menjelaskan bahwa wilayah Bogor terbilang rentan pergerakan tanah. Sepanjang 2017 saja, BPBD mencatat lebih dari 798 rumah telah direlokasi. Kejadian yang sama juga terjadi pada tahun 2018. Tercatat  670 rumah yag direlokasi.
“Secara umum untuk Kabupaten Bogor, daerah Puncak yang paling rawan karena masuk kategori gerakan tanah yang tinggi,” terangnya.
Pihaknya pun sudah meningkatkan kesiapsiagaan  pasca status bencana Kabupaten Bogor ditingkatkan menjadi siaga. Berdasarkan data terakhir selama bulan Januari 2019  sudah ada  35 kejadian bencana. Jumlah itu terdiri dari 14 kejadian longsor dan 21 kejadian angin kencang.
Jumlah ini meningkat dari tahun lalu di bulan yang sama. Umumnya, kata Dede bencana yang terjadi karena dipicu curah hujan tinggi.
“Lokasi paling rawan berdasarkan kejadian di wilayah yaitu Selatan dan Barat. Cisarua, Megamendung, Cijeruk, Tenjolaya, Tamansari, Cigudeg, Leuwisadeng, Leuwiliang, dan Sukamakmur,” imbuhnya.
Sejatinya peta bencana Kabupaten Bogor sudah dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Peta ini untuk mendeteksi wilayah rawan longsor. BIG bahkan sudah mengklasifikasikan zona-zona yang rentan mengalami pergerakan tanah.
 Khusus di Kabupaten Bogor, potensi tertinggi dimiliki 10 kecamatan. Antara lain Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Citeureup, Babakan Madang, Sukamakmur, Tamansari, Tenjolaya, Cijeruk, dan Cigombong.
Kepala bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim BIG, Ferrari Pinem mengatakan, wilayah yang rentan terhadap gempa bumi, belum tentu rawan mengalami pergerakan tanah. “Ada beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan kawasan rawan gerakan tanah, diantaranya topografi wilayah tersebut, asumsinya semakin curam tentu akan semakin rentan terjadinya gerakan tanah,” imbuhnya.
Selain itu, kondisi geologi dan jenis tanah juga mempengaruhi tingkat kerawanan gerakan tanah. Wilayah dengan material tanah dan geologi yang bersifat lepas tentunya akan mudah terjadinya gerakan tanah. Kemudian, intensitas hujan juga menjadi salah satu indikator pergerakan tanah.
“Intensitas yang tinggi akan menyebabkan tanah menjadi jenuh akan air, dan tentunya akan menambah volume beban tanah sehingga akan semakin rawan terjadinya gerakan tanah,” tutur dia.
Wilayah yang tergolonga dalam zona rawan gerakan tanah sambung dia, akan mudah terjadi longsor apabila lokasinya berada pada tingkat kemiringan lereng yang tinggi. Intensitas hujan yang tinggi juga akan meningkatkan kerawanan terjadinya longsor.
Untuk itu, Ferrari berpesan agar masyarakat sekitar waspada pada bulan-bulan dengan intensitas hujan tinggi. (fik/c)