BOGOR-RADAR BOGOR, Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, terhitung pada 2019, sebanyak 234 bencana sudah mewarnai Jawa Barat dalam rentang waktu dua bulan terakhir. Dari angka tersebut, bencana tanah longsor dan angin puting beliung adalah dua bencana yang paling mendominasi di Tanah Pasundan.
Tak hanya itu, yang lebih mengagetkan lagi, dari total kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat, Kota Bogor adalah penyumbang bencana terbesar kedua di Tanah Legenda itu. Hal itu tentu perlu menjadi catatan khusus jajaran Pemerintah Kota Bogor dalam menekan angka bencana yang bisa terjadi kapan pun dan di mana pun.
Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim pada Badan Informasi Geospasial (BIG) Ferrari Pinem menjelaskan, daerah Bogor sebagian besar berada pada zona gerakan tanah menengah dan tinggi.
Karakteristik geomorfologi dan geologi daerah Bogor berupa topografi yang curam dengan batuan, atau tanah yang tidak stabil merupakan faktor penunjang dalam kemudahan terjadinya longsor.
“Hal ini makin diperparah pada musim hujan dengan intensitas yang tinggi, di mana peluang terjadinya longsor akan semakin besar pada wilayah di titik-titik zona gerakan tanah tinggi dan menengah,” jelasnya.
Ia juga menilai perlu adanya langkah antisipasi pada titik rawan longsor dengan memperkuat langkah mitigasi bencana. Seperti melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk memberi informasi akan potensi bencana longsor di wilayah yang ditempati agar mereka siap dalam menghadapi bencana.
“Bisa juga dengan penanaman pohon pada area yang gundul dan berlereng curam, penguatan lereng di sisi kanan kiri jalan yang biasanya merupakan wilayah pemotongan lereng atau dengan cara membeton agar memperkuat stabilitas lereng, membuat papan-papan peringatan longsor di jalan atau di daerah yang dianggap memiliki potensi bencana longsor dan tidak ketinggalan membangun jalur dan tempat evakuasi,” pungkasnya.(ogi/b/mam/run)