25 radar bogor

Menderita Tumor Ganas di Bibir, Balita Warga Citeureup Ini Butuh Biaya Operasi

Aditia Zainul Al-Muttaqin, balita warga Citeureup yang menderita tumor ganas di bibirnya.
Aditia Zainul Al-Muttaqin, balita warga Citeureup yang menderita tumor ganas di bibirnya.

CITEUREUP-RADAR BOGOR, Bibir Aditia Zainul Al-Muttaqin (1) tak lagi bercelotek ceria. Senyumnya kaku dengan sesekali merintih kesakitan. Keceriaan Adit hilang seketika sejak tumor ganas jenis hemangioma menjalar di wajahnya sejak ia berusia tiga bulan.

Sudah tiga kali dirawat rumah sakit, tiga kali juga batal dioperasi. Bayi satu setengah tahun yang lahir pada 20 Juli 2017 lalu ini kini terpaksa menunda operasi keempat kalinya. Selama perawatan, keluarga tersandung kesulitan biaya operasional sehari-hari.

Kedua orang tua Adit yakni Ayi (26) dan Fitri (34), harus mengumpulkan uang dari pekerjaan buruh serabutan dengan pengasilan pas-pasan. Sang ibu, sempat bekerja di konveksi rumahan cukup lama yakni selama 15 tahun. Sementara Ayi hanya bekerja sebagai buruh kasar di area pabrik industri semen. Sejak berhenti bekerja tersebut, kini, setiap bulannya harus membauar iuran BPJS.

“Saya tidak ada biaya selama dioprasi. Penghasilan kami tidak tentu,” lirih Fitri saat ditemui Radar Bogor di rumahnya di Kampung Nyangkokot RT 03/05, Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup, Kabupatem Bogor.

Tindakan operasi yang berulang kali gagal diceritakan Fitri dikarenakan beberapa faktor. Saat pertamakali mendapatkan tindakan medis, ia sempat di rawat jalan di salah satu rumah sakit di Depok, disana ia harus dirujuk ke RS tipe A.

Orang tuanya lantas membawa Adit ke rumah sakit rujukan di Fatmawati, Jakarta. “Yang ke dua tidak menginap (sempat ditangani, red). Tapi balik lagi,” ucapnya.

Lanjut dia, ketiga kalinya Adit pun kembali dirawat di rumah sakit Fatmawati selama tiga hari. “Tapi saat dicek darahnya menurut doker tidak bisa dilakukan operasi. Saya kurang paham katannya tidak bisa. Karena biaya sehari-hari di sana (RS, red) sudah habis akhirnya kami memilih pulang,” katanya.

Tumor yang diderita anak keduannya ini berawal dari bintik merah di wajahnya. Sepekan berselang benjolan kecil mulai bermunculan. “Nangis terus dan selalu bangun malam. Pagi, siang nangis sampai badannya lemes,” ucapnya sendu. Sampai akhirnya, kata dia, bintik merah menjadi daging lebih yang terus membesar.

Adit sendiri, kata dia, tidak mendapatkan kesulitan selama penanganan medis . Seluruhnya berjalan dengan baik hingga Adit menjalani oprasi pertamanya pada Januari 2018 lalu. Bahkan Adit mendapatkan bantuan warga dan pemerintahan desa.

Hanya saja orang tua Adit terpaksa menunda keberangkatannya ke rumah sakit. Selama anaknya dioprasi, ia tidak lagi memiliki biaya untuk kebutuhan sehari-hari selama di rumah sakit.

“Saya baru kerja lagi, ini lagi kumpulin uang dulu. Saya juga tidak tahu dioperasi kapan. Mudah-mudahan secepatnya,” ujar dia.

Selama menjalani perawatan Adit menggunakan BPJS Kesehatan tersebut. Pendampingan pun dilakukan anggota Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Kecamatan Citeureup, Yati Sumiati.

“Keluarga ibu Fitri ini kesulitan ekonominya. Untuk ongkos saja tidak ada. Meski mobil dibantu oleh desa dan ongkos lainnya juga dibantu warga para tetangga namun tetap masih kurang,” ujar Yati.

Kesulitan ekonomi juga diutarakan Kepala Desa Gunungsari, Hendra Fermana. Menurutnya, pihak desa turut menangani persoalan warga yang memiliki penyakit tumor. Mulai dari transportasi mobil siaga desa telah dilakukan.

“Kesulitan kami untuk pengobatan dan biaya-biaya hidup yang memang butuh ditunjang saat oprasi ini. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Kami desa sudah membantu kebutuhannya,” terangnya. (don/c)