25 radar bogor

Jenazah Koraban Lion Air Warga Bogor Teridentifikasi, Dimakamkan di TPU Silamping

Suasana pemakaman Harwinako (54), warga Bogor yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, 29 Oktober lalu. Sofyansyah/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Harwinako (54), warga Bogor salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, 29 Oktober lalu, jenazahnya berhasil diidentifikasi.

Tadi malam (4/11/2018), Plt Ketua BPK Perwakilan Bangka Belitung itu jenazahnya tiba di rumah duka Jalan Palayu Raya, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara. Hanya sekitar sepuluh menit disemayamkan, jasadnya langsung dimakamkan.

Eka Sulistiawati (50) bersama dua anaknya Erisko (23) dan Eristina (20) nampak tegar saat peti jenazah Harwinoko saat tiba di rumah. Genap sepekan, almarhum pamit dari rumah untuk bertugas di Bangka Belitung.

Setelah disemayamkan, jenazah korban kemudian disalatkan di masjid yang jaraknya sekitar 200 meter dari kediamannya. Menggunakan ambulans yang sama, almarhum langsung dibawa ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Silamping, Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara.

Almarhum dimakamkan tak jauh dari makam keramat, Kyai Salamah. Dalam suasana haru, sebagian besar keluarga nampak sudah rela atas kepergian Harwinoko. Seperti kakak kandungnya, Harry Prajitno (65) yang sudah mengikhlaskan kepergian adik nomor tujuh dari delapan bersaudara itu.

Meski begitu, ia masih sering terbayang sosok adiknya humble. Terlebih, hari ini (5/11) merupakan hari ulang tahun almarhum ke-55. “Sama sekali tidak ada firasat. Karena saya berapa kalau main ke Bogor, malamnya pasti keluar maka bareng,” ujarnya.

Satu hal yang masih melekat jelas di benaknya, Harwinoko sempat rela pulang ke Bogor demi memberikan batu cincin untuknya. Saat itu, sekitar dua tahun silam memang tengah buming batu akik.

“Saya bilang, de kamu tu janji, tapi kapan. Akhirnya dia sengaja pulang dari Pangkal Pinang ke Jakarta menyerahkan batu akik meteor ke saya. Di sana terkenalnya meteor,” kenang Harry.

Sebagai pejabat negara, almarhum terbilang sibuk. Bahkan baru bisa menyempatkan pulang satu atau dua minggu sekali. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi sejak tiga tahun berdinas di Bangka Belitung. Melainkan juga sejak beberapa tahun berdinas di Ujung Pandang.

Bagaimana pun, Harry bersyukur jenazah adik kandungnya berhasil diidentifikasi.

Almarhum merupakan korban pertama dari sepuluh rekannya di BPK Bangka Belitung yang menjadi penumpang pesawat dengan tujuan Soekarno Hatta – Pangkal Pinang. “Koordinasi antara kepolisian Lion Air, Jasa Raharja secara umun bagus,” ujarnya.

Sayangnya, keluarga tidak diperkenankan melihat kondisi jenazah di dalam peti. Kondisi tersebut dimaklumi keluarga lantaran sudah menjadi standar prosedur.

“Ada semacam kode etik. Yang penting sudah ditemukan, sudah diidentifikasi, sudah diverifikasi, sudah rekonsilisasi, ketemu baru diserahkan. Kita tidak sempat melihat kondisi dalam peti,” bebernya.

Menurutnya, keluarga mendapatkan kabar jenazah sudah teridentifikasi sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, jenazah sudah dalam peti dan siap diantar ke rumah duka. “Keluarga bisa menerima, sangat menerima,” tukasnya. (gal)