25 radar bogor

Berantas Penyakit Kaki Gajah, Desa Sirnagalih Galakan Program Belkaga

Ilustrasi
Ilustrasi

TAMANSARI-RADAR BOGOR, Warga Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, kini mengikuti program pemberian obat pencegahan kaki gajah. Ini menindaklanjuti program bulan eliminasi penyakit kaki gajah (Belkaga) pada Oktober 2018.

“Ini hari pertama pemberian obat gratis,” jelas Kades Sirnagalih, Amat Suparta saat ditemui di sela kegiatan pemberian obat pencegahan di aula desa Sirnagalih, Minggu (21/10).

Dia mengatakan, ini adalah tahun keempat dari tahapan lima tahun yang harus dilaksanakan. Harapannya, kegiatan ini memberikan bentuk perlindungan dan pencegahan terhadap masyarakat supaya tidak terjangkit penyakit kaki gajah.

Amat mengaku bahwa mengajak masyarakat untuk menerima obat tersebut tidaklah mudah. Sehingga, pihaknya juga tidak menargetkan 100 persen pemberian obat pencegahan tersebut.

“Karena masyarakat masih punya asumsi, dengan minum obat, malah timbul penyakit seperti mual, muntah, pusing, sakit kepala, demam atau mudah mengantuk, yang berlangsung selama tiga hari, yang memang itu, bisa terjadi apabila yang bersangkutan dalam kondisi tidak sehat,” ujarnya.

Kata dia, target tahun lalu saja masih diangka 94,4 persen warganya yang diberi obat. Tahun ini, dirinya optimis untuk pelaksanaan Belkaga, targetnya bisa melebihi dari tahun sebelumnya. “Kami ingin melebihi target tahun lalu. Karena pelaksanaannya hanya satu hari, bagi yang belum nanti mekanismenya kami mendatangi langsung ke rumah-rumah warga,” tegas Amat.

Ia melanjutkan, penyakit kaki gajah, masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Baik anak-anak maupun dewasa, pria maupun wanita, semua bisa tertular penyakit kaki gajah. Makanya, ia sangat berharap semua warganya bisa mengikuti program yang sudah dicanangkan pemerintah secara gratis. Agar tidak ada lagi warga yang terkena kaki gajah.

“Tahun lalu ditemukan ada satu kasus penyakit kaki gajah di Desa Sirnagalih. Dari hasil sosialisasi dari Dinas Kesehatan, penyakit ini, rentan menyerang manusia yang berusia 6-20 tahun. Hal itu, disebabkan faktor pola hidup, faktor lingkungan dan cenderung kurang patuh meminum obat,” terangnya. (rp1/c)