25 radar bogor

Tiongkok Dan AS Masih Jadi Tujuan Ekspor Terbesar RI, Ini Datanya

ilustrasi aktivitas ekspor impor (Dok. JawaPos.com)

JAKARTARADAR BOGOR, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2018 turun 2,9 persen menjadi USD 15,82 miliar dari Juli 2018 yang sebesar USD 16,24 miliar. Namun, bila dibandingkan dengan tahun lalu maka laju ekspor terjadi kenaikan 4,15 persen dari sebesar USD 15,19 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut, penurunan ekspor dari Juli ke Agustus disebabkan dua faktor, karena penurunan ekspor migas dan nonmigas.

Suhariyanto merincikan, sektor migas turun 3,27 persen dari USD1,43 miliar jadi USD 1,48 miliar. Penurunan ekspor migas disebabkan menurunnya ekspor hasil minyak
10,01 persen dan ekspor gas 22,75 persen.

Sedangkan, ekspor minyak mentah naik 46,01 persen. Sektor nonmigas mengalami penurunan 2,86 persen, dari USD 14,8 miliar jadi USD 14,4 miliar.

“Ini karena ada penurunan komoditas bahan bakar mineral yaitu bijih, kerak dan abu logam, juga penurunan ekspor karet dan barang-barang dari karet,” ujarnya di Kantornya, Senin (17/9).

Menurutnya, ekspor Indonesia pada Agustus 2018 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan yang berkontribusi 72,14 persen. Sementara industri pertanian
masih kecil dengan kontribusi 1,82 persen.

Adapun negara tujuan ekspor masih terbesar yakni Tiongkok dengan nilai USD 2,11 miliar. Kemudian, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,60 miliar, Jepang sebesar USD 1,48 miliar.

“Kontribusi ketiganya mencapai 35,95 persen dari total ekspor Agustus, sementara ekspor ke Uni Eropa, sebanyak 28 negara, sebesar USD 1,52 miliar,” tuturnya.

Secara kumulatif, nilai ekspor sejak Januari-Agustus 2018 mencapai USD 120,10 miliar. Realisasi ini meningkat 10,39 persen dibandingkan periode yang sama di 2017 yang sebesar USD 108,69 miliar.

Menurut sektor sepanjang 2018, ekspor nonmigas naik 6,13 persen dibanding periode yang sama di 2017, juga pada sektor hasil tambang dan lainnya yang meningkat 34,79 persen. Sementara, ekspor hasil pertanian tercatat turun 9,60 persen.

Adapun, eskpor tertinggi berasal dari Provinsi Jawa Barat sebesar USD 20 miliar atau 18,83 persen dengan jenis komoditasnya kendaraan dan bagiannya. Disusul Provinsi Jawa Timur senilai USD 12,74 miliar atau 10,61 persen dengan jenis barang perhiasan dan minyak kelapa sawit.

Kemudian dari Kalimantan Timur dengan komoditas bahan bakar mineral dan minyak kelapa sawit, senilai USD 12,18 miliar atau 10,14 persen.

(mys/JPC)