25 radar bogor

Waspada! Penipuan Modus Anak Kecelakaan Marak, 12 Orang Tua Siswa di SMAN 1 Dramaga jadi Korban

Ilustrasi kecelakaan
Ilustrasi kecelakaan bus di Ciloto
Ilustrasi

BOGOR–RADAR BOGOR, Belasan orang tua siswa SMAN 1 Dramaga Bogor jadi korban penipuan dengan modus anak mengalami kecelakaan dan butuh uang untuk operasi,

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.30 WIB, Jumat (14/9). Saat itu, salah satu orang tua siswa Sugianto (42) mendapat panggilan telepon dari nomor yang tak dikenal yang mengabarkan jika anaknya jatuh dari kamar mandi sekolah. Kondisinya parah. Kepalanya penuh darah.

“Saya dari Sekolah SMAN 1 Dramaga. Ingin mengabarkan anak bapak barusan jatuh dari kamar mandi dan sekarang dirawat di RS BMC. Saya juga belum tahu bagaimana kondisi terkini anak bapak. Tapi silakan bapak hubungi Ibu D (komplotan penipu). Dia di rumah sakit sedang menunggu anak bapak,” ucap Sugiyanto menirukan ucapan pelaku.

Mendengar kabar tersebut Sugiyanto dan istrinya mendadak panik. Mertuanya yang mendengar kejadian itu bahkan sampai syok. Ia kemudian diarahkan untuk menghubungi D yang sedang mengurus anaknya. Menurut keterangan si pelapor, D merupakan salah satu guru di SMAN 1 Dramaga.

“Setelah itu saya telepon Ibu D. Pas saya telepon dia nangis dan histeris. Saya cuma ingin bertanya, bagaimana kondisi anak saya? Jawaban dari D katanya parah dan jilbabnya penuh darah. Dia tidak bisa menjelaskan kondisi anak saya. Suruh bicara sama dokter yang menangani,” ungkapnya.

Rangkaian telepon itu terjadi dalam hitungan menit. Tiba-tiba muncul suara seorang pria yang mengaku-ngaku dirinya dokter. Ia menjelaskan, kondisi anak Sugiyanto sudah sangat parah.

Dalam waktu 15 menit harus segera mendapatkan tindakan operasi. Jika telat sedikit saja, dokter tidak bertanggung jawab dengan kondisi anak Sugianto.

“Cuma kata si dokter untuk dioperasi dia harus dimasukkan cairan (obat). Nah cairannya itu ada di apotek. Saya diarahkan hubungi namanya dr Teguh. Dibilangnya dr Teguh itu apoteker. Dia pun berikan nomor ponsel baru. Intinya, saya disuruh untuk membeli cairan agar segera ada tindakan medis. Saya pun semakin panik,” ungkapnya.

Tanpa curiga dia kemudian menghubungi orang yang disebut dr Teguh tersebut. Benar saja, telepon diangkat. Sampai sini, Sugianto sudah tiga kali menghubungi orang dengan tiga nomor berbeda. dr Teguh kemudian mengarahkan Sugiyanto membeli cairan tersebut, karena obat itu tidak ditanggung BPJS. Ia harus membeli seharga Rp19 juta.

“Kata pelaku kalau tidak ada uang Rp19 juta boleh bayar setengahnya dulu. Saya bilang tidak punya uang. Kalau Rp2 juta saya ada. Dia bilang, ya sudah tidak apa-apa. Saya diarahkan untuk transfer ke nomor rekening Bank Mandiri atas nama Tantri Rentalia. Harus detik itu juga supaya anak saya bisa diberikan cairan sebelum dioperasi,” lanjutnya.

Sugianto pun gamang. Pada saat itulah istrinya berinisiatif menghubungi pihak sekolah SMAN 1 Dramaga untuk meminta konfirmasi langsung. Setelah menanyakan anaknya, pihak sekolah menjelaskan bahwa anak Sugianto sedang main badminton bersama teman-temannya. Dia baik-baik saja dan tidak jatuh dari kamar mandi.

“Mendengar itu kami pun langsung ke sekolah,” ucapnya.

Di sana, ia menemui Wakil Kepala SMAN 1 Dramaga Mulyadi untuk mengonfirmasi kejadian tersebut. Ternyata bukan hanya Sugianto yang menjadi korban penipuan.

“Kata Pak Mulyadi, saya korban ke-12. Semua yang jadi korban itu wali murid dari anak-anak kelas XII. Saya katakan ke Pak Mulyadi. Ini memang belum jadi masalah besar. Tapi kalau pihak sekolah lamban menangani, ini akan jadi masalah besar,” tegasnya.

Sugianto adalah warga Jalan Ledeng, Kelurahan Gunungbatu Kecamatan Bogor Barat. Dari rumahnya menuju sekolah anaknya sebenarnya tidak terlalu jauh.

Siasat si penelepon gelap adalah menghalang-halangi agar Sugianto tidak bergegas sekolah sebelum melakukan transfer ke nomor rekening yang diberikan si penelepon.

“Dia telepon balik ke saya pas di sekolah. Dia tanya ke saya, apakah sudah transfer? Saya jawab, Bapak sudah puas bohongin orang? Dia malah jawab, Oke. Cengengesan dan bikin geram,” kesalnya.

Radar Bogor pun mengon­firmasi kejadian ini ke Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Dramaga Mulyadi. Ia membenarkan apa yang dikisahkan Sugianto bahwa 12 wali murid sudah menjadi korban penipuan. Semuanya berasal dari kelas XII.

“Betul. Sudah 12 korban orang tua siswa yang ditelepon oleh orang tak dikenal. Ibu kepala sekolah sudah melaporkan kejadian ini kepada polisi,” tukasnya.

Dari penjelasan Mulyadi, sebenarnya kejadian ini pernah terjadi satu tahun yang lalu. Namun terulang kembali sejak Rabu (12/9). Modusnya persis dengan yang terjadi sekarang.

“Bedanya kalau kemarin pelakunya cuma satu orang,” ucapnya.(cr3/ysp)