Jalan atlet asal Jawa Timur ini harus terhenti dibabak semifinal saat dikandaskan atlet Korea Selatan, Kim Woojin. Unggul dua set lebih dulu, Ega akhirnya harus kandas dengan juara dunia yang pernah dikalahkannya pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu. Ega kalah 2-6 atas Korea.
Faktor angin yang tak menentu disebut Ega sebagai kendala utamanya. “Anginnya muter dan berubah ubah. Anginnya lebih cepat dari dua arah kanan dan kiri. Kadang waktu lepas anak panah, anginnya berubah lagi,” katanya.
Menurut Ega, faktor angin merupakan satu-satunya tantangan yang paling sulit. “Semua kan tergantung atlet masing-masing, siapa yang lebih cepat memahami kondisi angin ya dia yang menang. Memang cuaca dan kondisi alat tidak bisa ditebak,” katanya.
Ega pun akan berebut medali perunggu denagn pemanah Kazakhstan Ilfat Abdullin di pertandingan berikutnya. Ega pun akan mengevaluasi penampilannya hari ini agar bisa membawa pulang medali.
“Harus lebih cermat lagi membaca arah angin. Semoga bisa lebih baik,” tutupnya.
(isa/JPC)
