25 radar bogor

Kembangkan Potensi Logam Menjadi Isi Baterai Handphone

Tim mahasiswa Teknik Kimia UB menunjukkan logam transisi magnetit yang dijadikan material pembentuk anoda pada baterai lithium ion. (Fisca Tanjung/JawaPos.com)
Tim mahasiswa Teknik Kimia UB menunjukkan logam transisi magnetit yang dijadikan material pembentuk anoda pada baterai lithium ion. (Fisca Tanjung/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Tiga mahasiswa jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) mengembangkan dan meneliti potensi logam transisi magnetit (Fe3O4) sebagai material pembentuk anoda pada baterai lithium ion.

Ketiga mahasiswa tersebut yakni Anne Dian Pavita Zari, Lusia Emiliana Wahyuningtyas, dan Riski Agung Nata Utama. Ketua tim, Anne menerangkan, baterai lithium ion merupakan salah satu jenis baterai yang banyak digunakan pada handphone, digital kamera, dan notebook. Bahkan belakangan ini sedang dikembangkan untuk mobil listrik. Selain memiliki daya yang tinggi, baterai ini ringan dan bisa dipakai berkali-kali.

Dia mengatakan, magnetit berpotensi dijadikan sebagai elektroda baterai lithium ion dikarenakan memiliki kapasitas penyimpan arus per berat material yang besar (hingga 924 mAh/g), ramah lingkungan, mudah didapat serta harganya yang relatif murah.

“Secara teoritis seperti itu. Namun, karena adanya dilasi volume yang besar saat penangkapan dan pelepasan ion Li+, maka stabilitas siklis serta kapasitas penyimpanan ion Li+ material magnetit menjadi buruk,” terang Anne.

Anne memaparkan, konduktivitas magnetit kurang bagus untuk dijadikan material penyusun elektroda baterai ion lithium. Untuk menyiasati hal ini, tim pun berinisiatif untuk mengkompsoit magnetit dengan karbon agar menghasilkan material hybrid yang memiliki kapasitas penyimpanan arus dan konduktivitas yang tinggi.

Salah satu sumber karbon yang mudah didapat yakni Carbon Conductive Glue. Carbon Conductive Glue pada penelitian ini berfungsi sebagai perekat sekaligus sumber karbon.

“Komposit Fe3O4/C yang dikembangkan dan dirancang memiliki keunggulan dibandingkan bahan anoda yang banyak digunakan secara komersial yakni grafit,” imbuh Anne.

Kapasitas grafit, lanjut dia, secara teoritisnya hanya 372 mAh/g yang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang terus meningkat untuk baterai ion-Lithium berkinerja tinggi. Akan tetapi, grafit merupakan material konduktif yang bagus sehingga masih diaplikasikan secara luas sebagai elektroda baterai lithium ion.

Oleh karena itu, walaupun magnetit menunjukkan kinerja yang bagus ditinjau dari kapasitas reversibelnya, tetapi kecenderungan terjadinya agregasi menyebabkan penurunan kapasitas selama siklus pengisian atau pemakaian.

Harapannya, penelitian yang dilakukan dapat memberikan kontribusi berupa data-data teknis untuk diterapkan sebagai aplikasi dalam pengembangan baterai Lithium-ion. Selain itu juga dapat memberikan solusi dalam pembuatan baterai ion-Lithium yang memiliki kapasitas penyimpanan arus listrik lebih besar.

(fis/JPC)