25 radar bogor

Empat Desa Kesulitan Air Bersih

KERING: Salah satu warga sedang memanfaatkan mata air yang masih bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, kemarin (9/8).
KERING: Salah satu warga sedang memanfaatkan mata air yang masih bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, kemarin (9/8).

KLAPANUNGGAL–RADAR BOGOR,Krisis air bersih yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor tidak hanya dirasakan warga Desa Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal. Kesulitan air melanda di tiga desa lainnya yakni Desa Lulut, Nambo, dan Linggar Mukti. Tercatat 33.234 warga hidup dalam ancam darurat krisis air.

”Ada empat desa di kami yaitu Lulut, Nam­bo, Leuwikaret dan Linggarmukti. Dari BPBD sudah dikirim juga karena itu berdasarkan perminataan warga,” ujar Kepala Seksi Pemberdayaan Kesejah­teraan Masyarakat, Kecamatan Klapa­nunggal, Bahwar kepada Radar Bogor, Kamis (9/8).

Ia mengatakan, saat ini dampak kekeringan dirasakan semua wilayah. Namun yang terparah terdapat di empat desa. Di sini Warga sulit mencukupi kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari. ”Air bersih sudah sulit,” ucapnya.

Untuk mencukupi kebutuhan air warga melakukan beragam cara. Mereka mencari sumber air dari sungai sampai mata air. Di samping itu, ada beberapa perusahaan yang memberikan bantuan air bersih.

Meski demikian tidak semua wilayah merata, program WSLIC di Desa Leuwikaret juga tidak merata. ”Tetapi tetap saja kekurangan mah tetap ada ya. Karen tidak memenuhi kebutuhan yang banyak. Kemampuan mengirim air juga terbatas,” ujar dia.

Lebih lanjut, kata Bahwar, meskipun ada bebera sumber air bersih namun itu tidak layak dikonsumsi. Artinya, hanya dapat

dipergunakan untuk mencuci. Kelayakan sudah diteliti oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) didampingi Kecamatan Klapanunggal.

Hasilnya, meski melalui berbagai proses penjernihan namun tetap saja tidak layak. Air masih mengandung kadar zat kapur yang sangat tinggi. ”Sebenarnya kurang layak konsumsi seperti salah satunya sumber air besar di Desa Linggarmukti,” terangnya.

Ia mengakui, kemarau kali ini menjadi kemarau terpanjang yang mungkin pertama melanda wilayahnya. Akibatnya, krisis air sendiri sudah dirasakan sebulan terakhir.

“Biasanya sudah sulit hujan, terus tidak jadi lagi, tapi ini sudah lama dan belum pernah separah ini, warga sudah darurat air,” ucapnya. Selain itu, ia juga menyoroti adanya ekspolitasi alam. Saat ini luas tanah subur lebih sedikit ketimbang melihat kontur tanah kapur. Lahan hijau juga berganti menjadi perumahan. “Yang tadinya buat pertanian butuh duit akhirnya ke jual,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi III Wawan Haikal Kurdi meminta agar Pemkab Bogor memperhatikan masyarakat yang mengalami kesulitan air bersih. Sedangkan terkait dengan adanya kerusakan alam dikawasan tersebut, dirinya hati-hati berkomentar.

Menurutnya penyebab kekeringan jika dikaitkan dengan perusahaan harus hati-hati. “Silahkan tanya Pemkab Bogor terkait perusahaan yang menyebabkan lingkungannya terdampak, saya belum berani statmen,” katannya.(don/c)